Derawan 2013 - Day 5: Manta, Tukik dan Danau Purba Kakaban
"Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;.. " (Q.S. 3:191)
Kakaban Wall
Akhirnya bertemu manta! Mas Icuk menunjuk ke satu titik, and there it was! Ia ada di kejauhan, tidak terlalu besar, meliuk meninggalkan kami yang berharap ia tinggal lebih lama. Alhamdulillah. Sebuah doa yang terkabul.
Icuk the dive master, menunjukkan pigmy kepada kami. Kuda laut super kecil itu menempel damai pada karang kipas, di antara kisi-kisi terumbunya. Subhanallah.
Kakaban Wall, nama dive spot ini, terletak di perairan Pulau Kakaban yang terkenal itu. Wall reef indah bertaburan sejuta warna-warni, dikelilingi ikan-ikan aneka rupa tak ada habisnya. Lion fish mengintip diam-diam. Moray menggeliat melingkar-lingkar di ceruk karang. Arus tenang dan visibility cukup jauh. Kamera pinjaman saya hilang di sini, innalillah. Jika ada yang menemukan, dia akan mendapati foto-foto dan clip-clip video bawah laut sangat cantik untuk ukuran kamera saku.
Danau Purba Kakaban
Atol yang terangkat menjadi pulau ini ditumbuhi pepohonan bakau di atas karangnya. Konturnya tetap atol. Menanjak curam lalu menukik turun ke tengah cincin. Dan di sanalah danau purba Kakaban terhampar sejauh mata memandang, dikerlungi rerimbunan akar bakau. Danau berwarna hijau kebiruan, biru kehijauan, berisi milyaran ubur-ubur tak menyengat. Dari ukuran selebar telapak tangan orang dewasa hingga sekecil pigmy. Serupa benang, saking kecilnya, terlihat masih semacam rangka ubur-ubur, namun bergerak senada dengan teman-temannya yang sudah dewasa, sama riang dan menggemaskannya.
Suara Mas Icuk memanggil menyuruh teman-teman lain segera naik, sementara saya sudah sangat jauuuuh ke tengah. Hihihi. Huh. Tidak rela meninggalkan danau surreal ini. Oh, sungguh surreal!
Dengan retribusi sebesar 10 ribu rupiah, pulau ini cukup bersih dari sampah. Pemeliharaan danau dan pulau dikelola rakyat setempat. Situs ini baru saja memperoleh penghargaan Adi Cipta untuk kategori wisata alam terbaik berbasis kerakyatan. Berbasis kerakyatan! Senang hati sangat mendengarnya. Seharusnya memang demikianlah!
----
Dive spot berikutnya: Manta Run.
Pulau Sangalaki
Manta Run, sebuah dive spot di perairan pulau Sangalaki. Justru di sini kami tidak bertemu manta. Arus cukup kuat membuat kami para diver pemula cukup kerepotan menyesuaikan diri dan belajar skill baru. Konturnya slope, setelah beberapa kali jepret saya menyerah dan membiarkan kamera melambai-lambai saja, sementara saya memfokuskan perhatian pada mengikuti arus dan mengatur buoyancy.
Di Sangalaki kami istirahat dan ngopi, melihat tukik yang diselamatkan para awak pengelola konservasi untuk dikembalikan lagi ke laut nanti malam. Mereka tukik-tukik yang tertinggal rombongan. Subhanallah, untuk tukik-tukik yang terlalu lucu dan manusia-manusia baik hati yang bekerja untuk kelangsungan hidup hewan langka ini, balas amal mereka dengan balasan terbaik, yaa Allah, wahai Zat Yang Maha Adil.
Manusia-manusia peduli profile picture berebutan foto sambil memegang tukik di kedua pipi mereka yang terbakar. Lalu berfoto lompat berlatar pasir putih dan laut biru Sangalaki yang aduhai populernya. Pak Harry bilang, kami harus ke Maratua besok. Saya mengiyakan, menolak melihat pilihan lain.
Makan malam hari ini semestinya trial and succeed. Saya ke Warung Jawa Timur yang direkomen Mas Icuk dan Bli Putu. Sempat mampir ke April Resto, recommended by Donny the boatman, tapi mereka sedang tidak punya sayur mayur.
Di Derawan, Nasi Lalap adalah nasi ayam goreng dengan sambal dan secuil lalap. Plus telor ceplok buat saya. Semua dibandrol rata-rata 30 ribu. Telor ceplok 5 ribu. Sambelnya enak. Succeed.
Mengupload beberapa foto ubur-ubur, lalu tidak sanggup melanjutkan menulis. Alhamdulillah. Hari ini saya sempat mengunjungi planet lain.
----
Epilog of Day 5
Q. S. Ali Imran:
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَـٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَـَٔايَـٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (3:190)
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَـٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَـٰطِلًۭا سُبْحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (3:191)
-------
Sampai detik ini, ingatan saya akan Danau Kakaban dan "planet lain" di bawah air ini menjadi tadabbur sempurna untuk ayat ini. Sungguh tidak ada yang sia-sia. Jikalau akal manusia belum sanggup menalar manfaat empirisnya, cukuplah ia membuatmu takjub dan menangis. Cukuplah ia menjadi penunduk sombongnya hatimu. Cukuplah ia membuatmu pulang ke rumah dengan kesadaran baru dan terbaharukan: kita ini hanyalah abdi Allah.
---
Comments
Post a Comment