Skip to main content

Latest Post

Hajj Series part 6: Masa Menunggu, Masa Pembersihan Diri

Masjid Abdullah ibn Abbas r.a., Tha'if Pentingnya periode menunggu ini saya sadari belakangan. Tepatnya 1 pekan sebelum saya berangkat masuk asrama haji. There I was, sitting on my sister's dining table, working on proofreading for NCC's next recipe book. The thought suddenly struck my head. Enam tahun lalu, saya mendaftar haji dalam keadaan pakai jeans ketat dan jilbab lilit-lilit. Hari ini, saya akan berangkat haji dalam keadaan bergamis gelap longgar dan berniqab. Dalam masa enam tahun ini, tanpa terencana, saya mulai mendatangi majelis ilmu. Lalu bertekun di dalamnya. Saya mendapati diri sangat bersemangat mencari ilmu agama dan sangat bahagia di dalamnya. Terkadang pergi sendirian, tidak peduli tidak punya teman. Saya datang ke tadabbur selasa pagi AQL di masjid Pondok Indah dalam keadaan saya seperti itu: jeans ketat, jilbab lilit-lilit. Ketika saya ingat lagi sekarang, betapa saya baru menyadari kebaikan hati para pencari ilmu di majelis itu. Mereka tidak memandang s

Taman Nasional Ujung Kulon: Surga Di Ujung Barat Pulau Jawa

UjungKulon2011 102
Cibom, Ujung Kulon National Park
Scroll down to go directly to technical data: "Not So Lonely Planet" section.
Di belakang antrian 9 set foto dan 16 catatan perjalanan yang entah kapan bisa lunas, dengan ngos-ngosan namun pantang menyerah, saya mulai cicil hutang ini sebelum maut menjemput. Biangnya adalah hilangnya smart phone saya yang menyimpan catatan-catatan perjalanan Wakatobi, Ternate, Raja Ampat, Banda Neira, Ambon (day to day!) dan Baduy Dalam. Usaha mengerahkan teman-teman saya untuk meng-sms nomor saya tersebut meminta agar file-file tersebut diemailkan ke saya tidak membuahkan hasil. Akhirnya saya harus mengikhlaskan dan memblokir nomor itu lalu mengurus kartu baru.

Sejak itu, hutang yang memang sudah menumpuk menjadi semakin menggila. Saya berhenti mencatat. Baik secara harfiah maupun dalam kepala. Setiap kali backpacking, semuanya saya biarkan lewat tanpa berusaha menangkap kata-kata. Saya resapi segalanya, namun enggan menerjemahkannya ke dalam diksi. Rasanya malas sudah menyusun bunga rampai cerita perjalanan. Hingga saya sadari betapa parah saya tenggelam dalam apatisme. Lalu dengan ketakutan setengah mati, saya buka sebuah buku kusam berisi coretan singkat. Sisa catatan terakhir yang masih saya simpan. Catatan perjalanan ke Taman Nasional Ujung Kulon.
This, is the story.

Sewaktu saya masih piyik, kayaknya sekitar kelas 1 SD, kakak nomor tiga yang hobby backpacking seringkali bercerita tentang perjalanan-perjalanannya. Salah satu yang membekas di ingatan adalah ceritanya tentang Ujung Kulon dan Ujung Genteng. Menyusuri hutan, bertemu hewan-hewan liar, dihinggapi lintah, bermalam di rumah penduduk, ..hey, jangan-jangan gegara dia maka saya hobby backpacking? Jiahhh..

Saya backpacking ke taman nasional ini seusai hiruk-pikuk lebaran 2011. Ketika tamu-tamu sudah tidak berdatangan lagi, sebuah ajakan dari kelompok pecinta alam HUMUS FEUI mengingatkan saya akan cerita-cerita kakak nomor tiga, lalu membuat saya mengirimkan SMS ke Eka, nyari temen berbuat kriminal. "Ujung Kulon, yuk?" And the rest is history. Jalan ngeteng bersembilan, semua serba sharing. Kalo mau langsung ke data teknis (transportasi, akomodasi, budget, dll), langsung aja scroll down ke paling bawah, ke section not-so-lonely planet.

Sebenernya perjalanan ini berawal dari kekesalan saya dan Eka ke Hilal dan Darocky. Mereka berdua tuh ujug-ujug nyampe Yogya, terus bragging mau caving, terus pake ngajak dan ngomporin kita berdua untuk buruan berangkat nyusul pake pesawat. Becanda sama nyawa gak? Kalo ngajaknya tulus, mbok yao dari Jakarta tuh ngasih tau, jadi kita bisa planning on everything. Kalo udah sampe Yogya baru ribut ngajak caving, bagaikan melambai-lambaikan rumput di depan hidung kerbau kelaparan, dan itu berarti perang!

Sementara saya dan Eka lagi di puncak merana karena sebulan udah lewat sejak ke Karimun Jawa, kita berdua bosen mampus sama Jakarta yang buruk rupa ini. Akhirnya keputusan dibuat. Lupakan ajakan caving yang palsu itu, dan marilah kita menuju ke salah satu taman nasional di Indonesia yang dinobatkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Yaaayyyy... senang! Luka hati sembuh seketika!

Conference chat di YM, saya, Eka, dan Uli, ketua rombongan HUMUS FEUI yang udah riset duluan mengenai transport, budget, akomodasi, dan udah bikin itinerary. Rencananya kita bakal camping di Cibom, salah satu pantai di Ujung Kulon. Baca itinerary, bagi-bagi tugas bawa ini itu, secara kalo camping itu bawaannya pasti segabruk, in less than half an hour we're ready to go the next morning. Saya beruntung banget ngeliat ajakan ini di FB in the last minute ketika mereka butuh 2 orang lagi untuk memenuhi kuota 10 orangnya, walaupun akhirnya berkurang satu menjadi 9 orang. Biasanya saya paling males ikut rombongan di FB yang rata-rata 15++ orang, malah ada yang sampe 30-50 orang. What are you trying to do to the nature sih dengan rombongan sebesar itu??? Nikmat gak, ancur aja alam raya.

Saya pulang dari Serpong, geret carrier keluar lemari, packing. Besok paginya habis subuh, meluncur ke Terminal Bus Kampung Rambutan, ketemuan sama Eka dan teman-teman baru dari HUMUS FEUI. Gak lama kemudian kita udah nangkring dalam bus menuju Serang. Yihiy.

Photo courtersy of IndonesiaTravelling.com

Taman Jaya:

Desa Taman Jaya adalah pintu masuk utama menuju kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Dari sini pengunjung bisa mulai trekking menyusuri semenanjung Ujung Kulon atau menyewa boat untuk mengeksplornya melalui laut. Jika perlu bermalam, di desa ini kita bisa menginap di rumah penduduk. Yang ngetop sih rumahnya Pak Komar, tokoh yang eksis banget karena saban yang ke TNUK pasti bermalam di rumahnya. Selain mantan anggota WWF, Pak Komar juga punya boat yang bisa kita sewa dan punya segudang informasi mengenai TNUK yang dengan senang hati ia bagikan ke siapa saja. Tapi waktu kami ke sana, kami menginapnya di rumah Teh Lilis, keponakan Pak Rawa, salah satu yang ngehits juga di Taman Jaya :)

Menuju ke Taman Jaya dari Jakarta, rutenya Jakarta - Serang - Sumur - Taman Jaya. Dari Jakarta ke Serang sih gampil, banyak bus menuju Serang dari Kampung Rambutan. Dari Serang ke Sumur naik Elf yang mangkal di Terminal Pakupatan Serang itu juga, tarifnya 40-60 ribu rupiah per orang. Dari Sumur ke Taman Jaya naik angkot atau ojek, tapi saya gak sempet tau ongkosnya berapa. Karena kita bersembilan, abangnya mau dicharter dari Serang langsung sampai Taman Jaya dengan tarif 50 ribu rupiah per orang, dengan syarat dia boleh ngambil penumpang selama di perjalanan, karena kapasitas Elf bisa sampai 15 orang. Elfnya non-AC yaaaa.. :)

Perjalanan di awal-awalnya gak ada pemandangan bagus. Tapi begitu mendekati desa Sumur, dududuuuh.. sawah, sungai, perbukitan, laut.. cantik menghiasi bentang alam di kiri kanan dan depan kami. Yang tadinya terkantuk-kantuk di samping supir, langsung menyalang sambil ter-aduh-aduh. Di salah satu bentang sawah terasering, ada 2 orang anak duduk di pematangnya membelakangi kami, berlatar sawah dan pepohonan yang sungguh seperti foto valentine di dalam kartu pos!

UjungKulon2011 008
Sunset di Taman Jaya
Sampai di Taman Jaya sudah sore, tarok segala macem carrier dan bawaan, terus ngumpluk nonton sunset di pantai. Syedaaaap. Burung camar di mana-mana, menghiasi langit dan laut yang tenang. Eka ngedeprok dengan pewenya di bawah pohon, lalu mengeluarkan the magic words, "Life is good..."

UjungKulon2011 021-002-2011
Desa ini menyenangkan. Rumah-rumahnya masih rumah semi panggung, tapi kamar mandinya bersih, airnya segar meskipun letaknya di tepi laut. Di rumah Teh Lilis kami boleh pinjem rice cookernya untuk masak nasi. Kalo nyampenya masih siang, ada beberapa penduduk yang buka warung nasi, bisa makan di situ. Murah dan sambelnya enak. Ada warung sayur milik familinya Pak Rawa tempat Uli dan Ali belanja logistik untuk camping. Untuk sarapan besok, kami nitip Teh Lilis untuk beliin nasi uduk, 5 ribu rupiah sebungkus.

Kelar sunset-an, mandi, masak nasi dan makan pake bekel lauk hasil ngebungkus dari warung di Terminal Pakupatan Serang. Beberapa lauk kering bakal camping udah mulai keluar juga tuh, hihihi.. Berebutan cabe keringnya Eka! Habis makan dan gosok gigi, ngeteh-ngeteh di teras rumah Pak Rawa, sambil menikmati desa sepi di malam hari, bunyi jangkrik, semilir angin laut dan bintang nan kemilau. Sleeping bag udah diamprak semua di ruang tengah, siap memeluk badan cungkring saya menuju dini hari..



UjungKulon2011 028-003-2011 UjungKulon2011 030-004-2011

P. Peucang: Bertemu Pelikan!

Sehabis subuh, kami siap-siap berangkat ke P. Peucang. Boat kami sewa melalui Pak Rawa juga, 2 juta rupiah untuk 3 hari 2 malam. Mang Dayat kapten kapal kami, dan Mang Ade ranger Taman Nasional Ujung Kulon yang juga bekerja untuk WWF, siap membawa kami menjelajah surga di ujung barat pulau Jawa ini.

UjungKulon2011 031
Dini hari di Taman Jaya
Perjalanan laut Taman Jaya - P. Peucang ditempuh dalam 3 jam. Sepanjang perjalanan pergi dan pulang kami disuguhi pemandangan hutan dengan gradasi warna yang ngalahin ombre cake. Hijau, hijau tua, hijau muda, hijau elektrik, cokelat, kuning, dan silver! Yup, silver! Dan laut biru pekat, dan burung camaaaar.. banyak bangeeeet..! Jadilah sepanjang pelayaran saya nyanyi-nyanyi Burung Camar-nya Vina gak berhenti, hihihi.. 80 rules!

UjungKulon2011 037 UjungKulon2011 045

Peucang.. oh Peucang.. Pulau yang ridiculously beautiful! Keindahannya lengkap. Pantai, hutan, hewan-hewan liar, karang, biota laut. Pantainya gutwrenchingly beautiful. Biru turkois bening, pasir sehalus bedak, bersihhhh.. dan nyaman buat direnangi. Kecuali bagian yang dekat terumbu karang, karena banyak ubur-uburnya. Awal September tahun lalu ternyata bukan musim yang bagus untuk snorkeling di sini, karena arusnya kuat dan ubur-uburnya lagi banyak. Ketika kami snorkeling di Citerjun pun begitu, arus kuat sehingga pandangan keruh.

UjungKulon2011 264

Di pantai ke arah kanan dermaga, ada terumbu karang besar sendirian yang menjadi tempat tumbuhnya banyak sekali moluska dengan warna-warna yang unbelievably gorgeous! Shocking pink, ungu cerah, biru elektrik, hijau jeruk nipis, you name it. Kami menemukannya waktu asik berenang dan menyusuri pantai dari pagi hingga tengah hari, sepulang camping di Cibom. Waktu itu air laut sedang surut sehingga terumbu karang itu muncul sedikit ke atas permukaan air. Dengan noraknya kami merumuni terumbu karang dengan moluska-moluska cantik itu di sekujur badannya. Sayangnya ketika keesokan pagi saya dan Eka balik lagi ke spot itu, laut sedang pasang dan terumbu karang itu menghilang di bawah permukaan air laut yang berombak cukup tinggi. I know, having G12 with underwater casing is way long overdue for me!

UjungKulon2011 309 UjungKulon2011 324

Hutan di P. Peucang is soooo addictively pretty! Pohon-pohonnya bukan pohon-pohon berbatang kecil seperti umumnya hutan di tepi pantai. Tapi pohon-pohon tua berbatang besar-besar seperti pohon-pohon yang biasa tumbuh di gunung. Sering kali kami menemui akar-akar pohon yang sudah menyerupai pintu saking besar dan tuanya. Dan ternyata itu adalah akar-akaran pohon yang menumpang di pohon induknya! Bayangkan kalau pohon yang menumpang saja sudah setua itu, gimana induk semangnya?

Hewan-hewan liar di Ujung Kulon rasanya sudah sangat populer mengalahkan artis Korea. Terutama si pemalu badak bercula satu. Kami memang tidak bertemu dia. Sebagai catatan, Mang Ntus yang sudah 15 tahun bekerja di Ujung Kulon aja baru 6 kali ketemu badak. Tapi kami bertemu biawak, babi hutan, rusa, menjangan, burung rangkong, burung pelikan, monyet, dan.. merak! Dududu, senangnya ngeliat merak itu mondar-mandir di hutan, di rumah mereka sendiri, bukan di kebun binatang!

UjungKulon2011 305 UjungKulon2011 368

Baru di sinilah saya tahu bahwa biawak bisa dan suka menyelam di laut. Mereka berkeliaran hingga halaman penginapan hingga ke pantai. Lalu masuklah mereka ke air dan menghilang! Haiihhh, noraknya saya! Begitu juga dengan babi hutan. Mereka main hingga ke pantai dan kaki mereka tersapu-sapu air laut. Kayaknya cuma di sini babi hutan bisa begitu menggemaskan di mata saya :D

Ada menjangan tua yang lewat dengan santainya di pantai, lalu melintas di halaman penginapan. Sepertinya itu adalah rute rutin jalan-jalan sorenya. Karena kalo saya browsing foto-foto Ujung Kulon, hampir semua yang pernah ke sana selalu bertemu dengan kakek ganteng ini di pantai.

UjungKulon2011 334 UjungKulon2011 339

Sesudah bertemu rusa-rusa siang hari di hutan, malam harinya salah satu dari mereka mengunjungi kami di penginapan dan kami memberinya nasi. Lutunaaaaa...

Kalo babi hutan dan monyet sering banget deh keliaran di sekeliling penginapan. Hati-hati, jangan ada barang-barang yang ditinggal di teras penginapan. Monyet-monyet itu seneng banget nyamber barang-barang dan dibawa pergi.

Di suatu pagi, saya bertemu burung pelikan! Besar dan anggun. Dia hinggap di pantai, lalu mulai mematuki ikan. Saya histeris sambil menyambar kamera, lalu mendekatinya diam-diam. Ooh, betapa saya berharap saat itu juga lensa saya memanjang hingga 300mm! Ketika dia sebentar lagi berada dalam jarak bidik, saat itulah ia memutuskan sudah cukup banyak dapat ikan. Ia memanjangkan lehernya, lalu dengan gerakan halus dan penuh kharisma, ia membentangkan sayap, lalu terbang membumbung. Saya masih mengagumi paruh dan leher panjangnya ketika ia mengangkasa. Betapa mempesona! Kamera terkulai dalam genggaman saya, tidak berhasil menangkap apa-apa. Burung pelikan itu abadi dalam ingatan saya selamanya.

UjungKulon2011 329 UjungKulon2011 330

Menjangan atau kijang, atau rusa, jantan maupun betina, adalah mahluk yang sangat flirtatious! Berkali-kali kami menjumpai mereka di hutan dan berkali-kali mereka menggoda kami tak alang kepalang. Saya dan Eka mendekati mereka dengan mengendap-endap, perlahan, berusaha tidak membuat gerakan tiba-tiba atau suara yang cukup keras, karena sedikit saja akan memicu gerakan reflek mereka melompat, lalu lari. Mereka melihat kami mengendap-endap, lalu memalingkan wajah dan diam, pura-pura tidak tahu. Namun ketika sesaat lagi mereka akan berada dalam jarak bidik lensa pas-pasan saya, dengan nakalnya mereka akan menoleh pada kami, lalu melompat dan lari. Sebentar kemudian mereka akan berhenti berlari untuk menoleh lagi ke belakang, lalu diam dan menunggu, seolah memastikan bahwa kami akan mengikuti mereka. Kami seperti tersihir, mengikuti mereka perlahan. Mereka masih menoleh dan menunggu. Lalu segalanya terulang lagi. Ketika kami siap mengangkat kamera, mereka melompat dengan genitnya lalu menghilang di balik pepohonan. Ketika kami memutuskan untuk tidak meneruskan pengejaran, di kejauhan kami melihat si kijang nakal sedang menoleh sambil menunggu kami jauh di dalam hutan. Dududuuh, nakalnyaaaa.. *gemes tingkat dewa* Irresistibly flirty!!! Saya jadi ingat kisah pemburu yang tersesat di hutan karena tergoda mengikuti si kijang yang mempesona ini. Mereka memang sungguh flirtatious!

Karang Copong

UjungKulon2011 362

Letaknya di P. Peucang. Jika trekking hutan, hampir pasti kita akan muncul di sisi pulau yang dekat Karang Copong ini. Karang indah yang sayangnya, karena satu dan lain hal yang bodoh yang saya lakukan, hanya berhasil saya foto dari jauh. Hal bodoh itu adalah karena saya dan Eka keasyikan memandangi ombak besar sambil duduk di atas karang, di bawah pohon rindang, sambil motretin kerang cantik yang masih ada isinya dan nungguin gulungan ombak datang cukup tinggi untuk kami foto. Alhasil, sore sudah hampir turun ketika Uli neriakin kami untuk segera bertolak ke Cidaon untuk melihat rusa dan banteng kongkow sore di padang penggembalaan. Ali sempet naik ke Karang Copong and took some pictures. Stunning!

Cibom


UjungKulon2011 105

Kolam renang surgawi, padang rumput dan tebing-tebing yang majestic!! By kolam renang surgawi, I meant pantai dan laut dangkal hingga ke tengah, pasir sehalus bedak, air sebening kaca, dikelilingi bukit-bukit di daratan sekelilingnya yang terasa dekat sekali! Berenang dikelilingi perbukitan! Heaven! Kami berenang senorak-noraknya, pake jejeritan berpuisi tentang betapa meruginya teman-teman kami yang gak ikutan berenang di situ, hihihi..

UjungKulon2011 091 UjungKulon2011 134


Di Cibom inilah kami camping dengan damainya. Sore hari trekking ke Tanjung Layar, ngelewatin mercusuar yang sayangnya adalah mercusuar modern, hingga sampai di padang rumput Tanjung Layar yang melegenda itu!

Tanjung Layar

UjungKulon2011 151 UjungKulon2011 162

Bersusah-payah menyudahi sesi renang sore itu untuk trekking 1 jam ke padang rumput Tanjung Layar, di mana tebing-tebing cantik nan megah mengelilinginya bagai lengan raksasa melindungi dari badai dan angin. Majestically stunning!

UjungKulon2011 174

UjungKulon2011 176

Menghabiskan sore tidur-tiduran dan motret, mengagumi, memanjati, lalu nonton pertunjukan matahari terbenam dari karang-karang cantik di pinggir laut yang dideburi ombak tinggi-tinggi. Gak mau pulaaaaang..!!

UjungKulon2011 197

UjungKulon2011 214

Garis pantai sepanjang trekking pun cowuantiiiiik... Kalo Uli gak teriak-teriak nyuruh saya, Eka dan Denny untuk buruan nyusul, maybe kita gak bakal dapet sunset di tebing karang, gegara keasikan motret dan terpukau menatap segala yang terpampang di depan mata: karang-karang tinggi dramatis, pohon, kontur pantai, laut, oh...

Cidaon


UjungKulon2011 383

UjungKulon2011 376Di Cidaon ini terdapat padang rumput di mana hewan-hewan biasa muncul di jam-jam tertentu, terutama di sore hari. Banteng dan rusa akan muncul bergerombol, merumput dan kongkow-kongkow sore. Oleh pengelola TNUK tempat ini dinamakan Padang Penggembalaan. Padahal gak ada gembalanya. Ada menara pandang di mana kita bisa melihat dengan view yang lebih baik. Sounds too good to be true, mi? *dialek Wakatobi*

So here is the catch: kita gak boleh mendekat ke mereka barang 1 cm pun dari pinggir padang rumput. Karena mereka adalah mahluk-mahluk yang sangat private, gak suka dibuntuti paparazzi ketika lagi gegoleran berjemur menikmati saat santai off camera. Sehingga, oh, sungguh jauh di mata dekat di hati! Ini juga moment di mana saya berharap lensa saya mendadak seperti hidung Pinokio, memanjang hingga ratusan milimeter. Kami duduk-duduk di tepi padang rumput sambil memandangi mereka di kejauhan. Kira-kira lagi ngobrolin apa ya mereka sambil kunyah-kunyah rumput? Politik negeri ini?

Sementara matahari turun perlahan, sore pun beranjak pergi. Ketika hari mulai gelap, serentak seperti ada yang mengomando, mereka bergerak bersama, berbaris masuk ke dalam hutan. Aiiiih, so.. dongeng!

UjungKulon2011 377

UjungKulon2011 380

Memancing Cumi!

Malam terakhir di Ujung Kulon kami kehabisan makanan, mwahaaaa.. Jadilah Mang Ntus, petugas TNUK mengajari kita memancing cumi di pantai sekaligus meminjamkan alat pancingnya yang cukup berupa tali pancing dan umpan palsu. Dari atas kapal yang sandar, kami melempar pancing dan menunggu cumi-cumi menyambar umpan. Sayangnya malam itu bulan purnama. Cumi-cumi dan ikan selalu tertarik pada cahaya lampu. Namun ketika bulan purnama, lampu manapun akan kalah oleh cahayanya, sehingga ikan dan cumi itu tidak akan mendekat ke arah lampu kita. Jadi malam itu hanya Mang Ntus yang berhasil dapet cumi, mwahaaa...

Sempet diajarin jampi-jampi mancing cumi sama Mang Ntus. Jampi-jampi ini diucapkan persis sebelum melemparkan tali pancing ke laut:

jek jek tampanan, keliwat balikan deui

Hihihi.. aya-aya waeeeee...

Malam itu adalah sebuah malam yang langka di mana saya makan banyaaaaak banget! Kelaperan berat dari sore dan habis (berusaha) mancing cumi. Selain cumi hasil pancingannya Mang Ntus, ada ikan asin dan sambel yang kami lahap bersama nasi panas berpiring-piriiiing...

UjungKulon2011 306 UjungKulon2011 353 UjungKulon2011 118

Riding The Waves

Ceritanya saya sama Eka masih aja menganan (lawannya mengiri) sama Idar dan Hilal yang pada hari itu lagi body rafting di Green Canyon sepulang mereka caving di Jokja. Soale itu adalah hari kepulangan kami, and pulang was the last thing we wanted to do. Rencana mau nebeng kapal rombongan lain keesokan paginya terpaksa kalah dengan realita kerjaan yang udah nunggu di Jakarta. Kami pulang dengan (selalu) gak rela. Duduk di geladak depan, saya, Uli, Eka dan Tiko yang tengkurep di ujung kapal. Satu jam pertama, smooth sailing. Wind on our hair, pretty forest in our eyes, fresh sea air.. Lalu ombak pertama menerpa, membasahi kami bertiga dan mengkuyupi Tiko yang tengkurap di lantai geladak. Rupanya karena kami berangkat pagi hari dari Peucang, judule kapal akan melawan ombak. Yang artinya, sepanjang 3 jam ke depan kapal akan diterpa ombak continuously! Tawa kesenangan meledak berhamburan. Satu ombak disusul terpaan ombak berikutnya. Lalu berikutnya. Lalu berikutnya. Semakin besar, semakin tinggi, semakin sering!

Setiap kali kapal mengurangi kecepatan, atau bahkan terkadang mematikannya sama sekali, itu komando bagi kami untuk bersiap menghadapi ombak yang bergulung tinggi! Dan susul menyusul! Now I understand why the surfers love what they do. Ombak bergulung di hadapan kami bagai tudung, mengatapi kami yang terpana mengagumi lengkungan air laut di atas kepala, lalu pecah membasahi sekujur geladak depan dan mahluk apapun yang ada di sana. We were screaming in euphoria. Uli dan Tiko sudah menyerah dan mundur ke geladak tengah ketika saya dan Eka meneruskan menghadapi ombak demi ombak hingga Taman Jaya. That was freakin' awesome! "Know what, Allah loves us that much He gave us this experience to replace body rafting in Green Canyon," I said. Eka nodded in agreement. And this was waaaay better than any raftings for sure!

UjungKulon2011 335 UjungKulon2011 337 UjungKulon2011 094-006-2011

Jadi begitulah..

Photo by Eka
Terlalu lama sudah sejak saya si gadis piyik ternganga-nganga mendengarkan kakak nomor tiga bercerita tentang indahnya Ujung Kulon dan Ujung Genteng. Perjalanannya menyusuri hutan dan garis pantai paling barat pulau Jawa, bertemu hewan-hewan liar, dihinggapi lintah, bermalam di rumah penduduk, mengintipi penyu bertelur, mengintai badak cula satu.. Sekian puluh tahun kemudian, Allah menganugerahi saya waktu dan kesehatan untuk mengikuti jejaknya. Saya belum ke Ujung Genteng. Dan lintah baru menyambangi kaki saya ketika ke Way Kambas April lalu. Namun jika Andrea Hirata menjalani hidupnya seperti memenuhi cita-cita Lintang Samudra Basara, saya sekedar menilasi langkah kakak yang menjatuhkan mutiara inspirasinya untuk saya punguti. Ingin saya dedikasikan ribuan ceruk indah di bumi Indonesia ini untuk beliau. Dan jika saya sempat menjejakkan kaki di secuil saja dari surga Allah ini, I consider myself the luckiest girl in the world.


Wakatobi, 3 October 2011
Diselesaikan di atas kapal kayu Agil Permai, 
cruising on Laut Banda, from Wanci to Kendari






Catatan kecil:

Di September tersebut angin lagi kenceng banget. Jemuran harus dijepit, pasak-pasak tenda harus diganjal, dan kami sempet pindah camping ground ke area yang lebih jauh dari pantai karena anginnya terlalu kencang.

Tidak lama setelah kedatangan kami di Peucang, ada rombongan lain yang juga baru datang. Non backpacker. Ketika kami akan bertolak ke Cibom, Eka cerita bahwa salah seorang dari mereka bilang bahwa ia tadi pagi melihat badak mandi di pantai!!! Okay, itu amazing. Tapi yang lebih dahsyat adalah bahwa orang tersebut, yang mendapat kehormatan melebihi Mang Ade yang 15 tahun kerja di Ujung Kulon baru 6 kali ketemu badak, gak keliatan excited atau even interested. Heh??? *lari ke tebing*

Next visit:

Yup, there will be next visit, for sure. Actually for every place I've visited, I'd gladly come back for more and more.
  • Saya mau pindahin camping ground dari Cibom ke padang rumput berlingkup tebing di Tanjung Layar. Selain lokasi yang majestically breathtaking, saya pikir angin malam di sini pasti akan lebih jinak karena lindungan tebing. Sehingga saya bisa tidur di luar, di bawah legam langit malam, memandang bintang yang gilang-gemilang.
  • Kemarin gak sempet ke Handeuleum, hanya lewat aja. Kerana.. yaaah, hal-hal bodoh namun menggembirakan seperti berenang gak mau mentas-mentas, atau kelamaan ngeliatin dan motretin ombak. Next time harus ke Handeuleum.
  • Mau menjelajah TNUK via land trekking lewat jalur patrolinya jagawana. Masih banyak banget pelosok yang belum tersinggahi, yang cuma bisa saya pandangi dalam pelayaran pulang. Banyak dari tempat itu kelihatan misterius banget. Kalo bisa ketemu buaya muara lucu juga. Mang Ntus bilang, buaya air asin masih ada di Ujung Kulon.
  • Mau pake baju renang dan kaca mata renang di perjalanan kapal pulang, dengan catatan kalau nyebrang Peucang-Taman Jayanya di pagi hari. Saya mau full menikmati memandang tudung ombak di atas kepala!

UjungKulon2011 405
Mang Ade, Jagawana (Ranger) TNUK
Muthia Muthe' in the background



Not-So-Lonely Planet

Untuk catatan lebih lengkap mengenai teknis pelaksanaan, head off to Uli's A Little Touch By God - Sebuah Surga di Ujung Barat Pulau Jawa. *ngutip judul kamu ya, Ul!*

Peraturan umum taman nasional:
Semua taman nasional menerapkan peraturan umum yang sama:
  • Dilarang membuang sampah kecuali di tempat yang sudah ditentukan.
    Jadi gimana kalau di pulau gak berpenghuni? Kumpulkan sampahnya, bawa pulang ke Peucang, buang di tempat sampah di Peucang.
  • Dilarang menggunakan deterjen dan produk-produk pabrikan lainnya yang dapat merusak alam kecuali di tempat yang sudah ditentukan (penginapan resmi).
    Terus, gak pake sabun donk mandinya? Ya iyalaaah..
    Gosok giginya pake apa? Pake sabut kelapa!
  • Jangan ambil apapun selain foto. Jangan tinggalkan apapun selain jejak kaki.
Camkan itu!

Transportasi
  • Jakarta - Serang:
    Bus AC dari Kampung Rambutan, Rp 21.000, berangkat tiap jam sampai jam 20.00, lama perjalanan 2 jam.
  • Serang - Taman Jaya:
    Sewa Elf 50 ribu per orang, muat 10-15 orang. Berangkat jam 10-11 pagi, tiba di Taman Jaya pk 17.00.
  • Taman Jaya - P. Peucang and around Ujung Kulon:
    Sewa speedboat Rp 1,5 juta/hari atau 2-2,5 juta untuk 3 hari 2 malam. Berangkat pagi hari pk 06.00 ke P. Peucang, selebihnya sesuai kesepakatan aja.

Akomodasi:
  • Taman Jaya:
    • Pak Rawa - 08176653907
      Tidur di ruang depan pake sleeping bag. Kamar mandi, air panas untuk bikin teh dan kopi, rice cooker boleh pinjam kalo mau masak nasi.
    • Pak Komar
      Selain Pak Rawa, ada Pak Komar yang cukup ngehits di Taman Jaya. Silakan browsing, pasti langsung dapet nomor kontaknya.
Kedua bapak-bapak ini juga sekaligus pemilik speedboat, atau paling gak, punya channel ke pemilik speedboat, jadi kita bisa langsung arrange untuk sewa kapal.
  • P. Peucang:
    Penginapan di P. Peucang is obligatory, disediakan oleh pengelola. Ada tipe kamar regular dengan AC dan kamar mandi (share atau privat) berkisar Rp 600-800 ribu rupiah/malam, ada tipe bivak/barak yang gak ada tempat tidurnya, Rp 150rb/malam, kapasitas 10 orang, hanya disediakan kasur di lantai. Cucok buat ngamprak rame-rame pake sleeping bag like we did.
    Kontak Mang Ade, jagawana (ranger) TNUK: 081910888971
Peucang berfungsi sebagai basecamp, dari sini kita bisa explore ke mana-mana menggunakan speedboat. Karena ini adalah satu-satunya penginapan resmi di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, maka kalo kita mau bermalam di Cibom, misalnya, hanya berarti satu hal: camping! Yayyy.. You will wanna camp out at Tanjung Layar, believe me!

Makanan
  • Peucang and around Ujung Kulon:
    Statusnya sebagai warisan dunia membuat pemerintah mati-matian menjaga agar kawasan ini bersih dari sampah. Seperti halnya bus Trans Jakarta, cara paling efektif adalah dengan melarang adanya penjual makanan sama sekali. Jadi, bawalah makanan sendiri. Di Peucang ada dapur dan koki yang bisa disewa kalau kita mau masak. Kami bawa kompor dan peralatan sendiri, jadi boleh gratis pakai dapur. Lumayan di sini terlindung dari angin yang berulangkali bikin mati api kompor waktu masak di depan pintu kamar.

    Kalo terpaksa makan di kapal, bisa minta tolong masakin sama awak kapal, serahkan aja bahan-bahan makanan kita ke mereka.

    O ya, kalo lagi gak terang bulan, banyak cumi di pantai yang bisa dipancing dengan mudah. Kail dan umpannya pinjem punya Mang Ntus, petugas taman nasional di Peucang. Nanti sama Mang Ntus diajarin cara mancing cumi plus babacaan jampi-jampi sebelum ngelempar kail :)
     
  • Taman Jaya:
    Di sekitar rumah Pak Rawa ada beberapa penduduk yang menjual nasi dan lauk pauk di bagian depan rumahnya. Tapi tentu gak buka sampai malam. Jadi kalau rencana nyampe di Taman Jaya udah malem, bawa makanan untuk makan malam. Or masak nasi di rice cookernya Pak Rawa.

    Sebagaimana halnya taman nasional, daerah selebihnya tidak berpenghuni kecuali hewan-hewan, dan karenanya tidak ada penyedia makanan.

Budget

Budget ini saya post berdasarkan laporan keuangan dari Uli:

Kapal: 2.000.000
Tips Mang ade: 180.000
Izin Pasang Tenda: 100.000
Sewa kamar tipe bivak di Peucang: 150.000/malam
Makan malam: 50.000
Tambat kapal: 100.000
Rokok Mang Ade: 24.000
Gallon aqua: 20.000
Sewa nesting: 60.000
Logistik (mentega, kecap, beras, paraffin, sop): 40.000
Retribusi (Karang Copong, Cidaon, Tanjung layar): @35.000
Bus Kp. Rambutan - Serang: 21.000 *lebih mahal dari biasanya (17-20rb) karena masih suasana lebaran*
Bus Serang - Jakarta: 17.500
Elf Taman Jaya - Serang: 65.000
Elf Serang-Taman Jaya 50.000
Retribusi Peucang: @2500
Nasi uduk Teh Lilis: @5000
Asuransi: @3500
Jumlah backpackers: 9 orang
Total: 515.000 per orang

Actual Itinerary:

7 September 2011, Rabu | Taman Jaya
05.00 Meeting Point Kp. Rambutan, Shelter Busway.
06.00 On the way ke Serang dari Kampung Rambutan
09.00 Tiba di Serang
11.00 Otw menuju Taman Jaya
17.00 Tiba ditaman jaya

8 September 2011, Kamis | Cibom
06.00 - Otw dari Taman Jaya – P. Peucang
09.00 - Tiba di Peucang
09.00-11.00 - Main-main di laut, snorkeling
11.00 - 12.00 - Menuju Citerjun, snorkeling di Citerjun
12.00 - Otw ke Cibom
12.30 - Tiba di Cibom, buka tenda dll, ISOMA, berenaaaaang...!
16.00 - Trekking ke Tanjung Layar
17.00- Tiba di Tanjung layar (hunting foto, nonton sunset maha indah dikelilingi karang cantik dan tebing-tebing raksasa!)
18.00 - Trekking back to camping ground
19.00 - ISOMA

9 September 2011, Jumat | Peucang
04.30 - Shubuhan, nonton sunrise di depan tenda, cakeeepppp..
06.00 - Masak, makan pagi, persiapan kembali ke Peucang
08.00 - Berangkat ke Peucang
09.00 - Tiba di Peucang, main di pantai gak mau udahaaan.. ngerumunin karang yang ada moluska warna-warni itu..
12.00 - ISOMA
13.00 - Trekking hutan Peucang, menuju Karang Copong
14.30 - Tiba di Karang Copong, menikmati pantai, photo hunting
15.30 - Trekking back to basecamp
16.30 - Tiba di penginapan, berangkat ke Cidaon
17.00 - Tiba di Cidaon, menghabiskan sore bersama para banteng, kijang dan teman-teman arisannya..
18.00 - Kembali ke Peucang, lauk udah abis, mancing cumi sama Mang Ntus :)

10 September 2011, Sabtu | Jakarta
04.30 - Shubuhan, sunrise di Peucang
06.00 - Makan pagi, menikmati Ujung Kulon sebelum pulang
08.30 - Menuju Taman Jaya
11.30 - Tiba di Taman Jaya – Mandi, jemur baju yang basah abis wave riding, sholat. Elf yang kemarin kita sewa mangkir janji, gak nungul dia. Minta tolong Pak Rawa cariin Elf, sementara kita makan di warung like a bunch of hungry wolves :D
13.00 - Elfnya dapet, deal harga, on the way to Serang.
20.00 - Tiba di Serang, lanjut bus AC menuju Jakarta.
22.00 - Tiba di Jakarta


List Barang-barang Yang Harus Dibawa

Barang pribadi:
Pakaian Ganti
Sleeping Bag
Matras
Obat-obatan pribadi
Sendal Gunung
Headlamp atau Senter
Snorkeling gear
Perlengkapan Mandi
Lotion Anti Nyamuk
Tisu Basah.
Lunch Box (+sendok, garpu, gelas)
Kantong plastik untuk sampah, baju basah, dll.

Logistik Pribadi:
Air Mineral 1,5 - 3 Lt
Lauk-Pauk Pribadi untuk makan malam
Makanan pribadi (lauk kering, roti, kopi/teh/susu, gula, cokelat, permen, madu, kurma, dll)

Barang kelompok:
Kompor
Parafin
Nesting
Tenda
Aqua gallon
Korek api/fire starter

Logistik kelompok:
Beras
Sayuran mentah
Lauk yang awet (kornet, sarden)
Telur
Bumbu-bumbu
Teh, kopi, gula


Related link:

My album on Facebook
My set on Flickr

Comments

  1. Iyes, baju renang saya sukses rusak kebawa angin ketika dijemur, keseret2 angin di rerantingan kering di atas tanah.. Man, reading this story, remembering all the fun and the majestic moments we had there, while sitting in this office, I can't help but shedding my tears.. I wanna go back, I have to go back, we have to go back..

    ReplyDelete
  2. Wah. Cara penuturannya bikin aku terharubiru. Seeing the world from your eyes definitely gives me different perspectives.

    Ditunggu cerita Bromonya yaaaaaa *ngarep*

    ReplyDelete
  3. Mupeeeeeeeeengg....... Jadi kepingin kesana tapi harus bawa temen yang bener, klo yang manja kan repot...

    ReplyDelete
  4. Replies
    1. walillahilhamd, segala puji hanya bagi Allah. Terimakasih sudah mampir.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts