Taman Nasional Karimun Jawa: How Can I Leave This Place?
Saya sudah berhutang terlalu banyak catatan perjalanan. I realize the beast that holds me back adalah karena saya sendiri sering terbosan-bosan baca catatan perjalanan. Yang langsung saya baca adalah data teknisnya. Lalu seorang teman bilang, "Kalo gitu baca aja Lonely Planet." Lah, memang! :)
Bukan cuma itu. Menuliskannya kembali memaksa saya untuk menghidupkan lagi semua ingatan akan segalanya. Dan itu kerap kali bikin seluruh badan mengilu ingin kembali dan membanjiri wajah saya dengan air mata. Jangankan menulisnya. Baru sampai di bus pulang atau di Damri dari airport saja saya sudah mewek tersungguk-sungguk sampe kondektur Damri salting sendiri. In the case of Karimun Jawa, saya bahkan sudah nangis di perahu yang membawa kami menjauhi P.Menjangan Kecil di hari terakhir! Bukankah keterlaluan?
Tapi hutang ini semakin menumpuk and I can't afford being useless with all those backpackings I did that only produce pictures and poems. So, whatever the writings will be, I just hope they can benefit at least one soul. More than that is a blessing. A blessing indeed.Inilah cerita tentang sebuah kepulauan nan cantik di Laut Jawa yang saya kunjungi Juli 2011. Karimun Jawa. Sebuah kepulauan indah di utara kota Jepara, Jawa Tengah. Berlaut biru turkois, bening bagai kaca, penuh ikan-ikan centil dari 242 jenis dan terumbu karang warna-warni, hiu-hiu pemalu dan penyu-penyu bermata sayu, tak ketinggalan lumba-lumba dan 133 jenis penghuni ekosistem laut lainnya. Daratan pulaunya tertutup rerimbunan pohon yang asri, hutan mangrove hijau menyala dan perbukitan yang sungguh menggoda untuk didaki. Dari 27 pulaunya, hanya 5 pulau yang berpenghuni. Nelayan dan orang-orang baik yang sungguh menawan hati.
Map is courtesy of Sangaji Riwanto |
Informasi mengenai Karimun Jawa banyak tersedia di internet, so you'll easily plan your trip either backpacking or luxury. To get there, you have to take 6 hour ferry KMP Muria or 3,5 hour speedboat from Jepara. Tapi sekarang baru aja ada Kapal Express Bahari 9 yang hanya 1 jam 45 menit. Jadi gak perlu jadi manusia perahu kayak Eka, hihihi..
Kapal Express Bahari 9 ini juga jadwalnya asik. Berangkat setiap hari, 7 hari sepekan. Kalo KMP Muria kan 2 hari sekali dan jam keberangkatannya wallahualam bishawab, mwahahaha..
Semua data teknis saya letakkan di bagian akhir tulisan ini. Now, marilah kita cerita-cerita..Jepara
Saya sengaja datang ke Jepara sehari sebelum keberangkatan kapal, supaya besok paginya bisa santai jalan kaki ke pelabuhan tanpa takut ketinggalan kapal, yang mana hal ini sering terjadi mengingat si KMP Muria datang dan pergi oh begitu saja.. *Letto*. Perkara saya tetap saja ketinggalan kapal hanyalah tanda bahwa Allah sangat sayang pada saya, karena ternyata banyak blessings in disguise di balik kejadian ketinggalan kapal yang ironis itu :D. Alhamdulillah..
Seperti kota-kota di Jawa lainnnya, Jepara is a laid back city. Selama di Jepara saya ke Pulau Panjang, Museum Kartini, Benteng VOC, makan sate kerbau di shopping center di alun-alun, ke Museum Kura-Kura di Pelabuhan Kartini yang merupakan Sea World versi mini. Semuanya dua kali! Hiaaaa... Karena ketinggalan kapal, saya harus menginap satu malam lagi di Jepara. Jadi siang harinya saya dan Eka ngebawa temen-temen Muria Reject keliling ke tempat-tempat itu. Cieeee.. baru sehari udah jadi premannya Jepara *pamerin tato naga*. Ketinggalan kapal ternyata membawa banyak berkah. Karena keasikan main di Pulau Panjang, ke Museum Kartini dan hangout di alun-alun makan sate kerbau dan ronde, teman-teman tidak sempat mengeksplor Museum Kura-Kura. Malam harinya, petugas membuka Museum ini khusus untuk kami! Lalu petugas yang baik hati itu memberikan harga khusus untuk menikmati Garra Rufa fish spa dan memberikan private tour ke seluruh bagian museum, hratissss! Dududuuuh, biar Allah yang bales ya mas.. *maap saya lupa namanya, tadi liat di facebook, namanya udah tinggal Garra Rufa doank, hyaaaahhh...*
Sayangnya foto-foto di Jepara gak sengaja terhapus setelah pada kelar ngopi foto-foto di Karimun Jawa. Tar deh kalo ke sana lagi saya fotoin ulang yaaaa... scout promise! *dua jari di pelipis*
Muria Reject
Istilah ini muncul karena 9 dari kami, termasuk saya tentunya, ketinggalan kapal! KMP Muria ini memang as rebellious as my Rebel XSi. Sejak kapal dibuka, dia akan memasukkan banyak sekali manusia melebihi kapasitasnya, lalu menutup pintu kapal dan berangkat walaupun belum waktunya menurut jadwal resmi. Tiket sudah di tangan, kami bertujuh (2 lagi masih dalam perjalanan dengan becak dari alun-alun Jepara) hanya bisa melongo melihat badan kapal sudah bergerak menjauhi dermaga!
Lalu sebuah drama: seorang ibu warga lokal menangis karena terpisah dari anaknya yang sudah di dalam kapal dan kapal sudah menutup gerbang, melepas jangkar dan mulai bergerak! Ketika ia menjelaskan kepada petugas, sang petugas bilang, "Kalo bawa anak tuh dikepit terus bu, jangan pernah ditinggal!" Lah, malah diomeliiin.. Well, obvioulsy, si anak sih gak totally alone di kapal, kayaknya ada paman apa sodaranya gitu. Tapi donk si ibu tetep berusaha untuk naik memanjat jendela dek bawah sambil masih nangis-nangis. Dan tetap gak dikasih naik. Ya iyalah udah overload! Akhirnya si ibu melemparkan tasnya lewat jendela dek bawah ke sodaranya di kapal, mungkin ada susu dan perlengkapan anaknya di dalam tas itu. Duh, Muria.. Muria..
Tragedi ketinggalan kapal semula memang bikin shocked. Terutama buat temen-temen yang ngantor. Minta cuti aja susah, apalagi minta nambah. "Makanya jangan ngantor.." *kalem nyebelin*
Tapi at the end, ternyata ini bukan tragedi, melainkan anugerah dari Allah! Terutama buat saya, Eka, Hilal dan Idar, yang memutuskan extend untuk mengganti satu hari yang hilang. Dan karena kapal hanya berangkat 2 hari sekali, maka kami "terpaksa" extend 2 hari! Yaaayyy..!! Semoga ketinggalan kapal lagi!!
Pulau Panjang
Hanya 15 menit naik kapal nelayan dari Pantai Kartini, cukup membayar 15 ribu rupiah per orang. Ini Pulau kecil. And by kecil, I mean kueciiiiiill.. Semacam setengah jam jalan kaki kelar dikelilingin. Meski demikian, lautnya indaaaah... dengan hutan kecil yang udah dikasih jalan setapak paving block. Ada makam Syekh Abu Bakar, seorang ulama Jepara. I imagine sang Syekh berpesan sama keluarganya, "Kuburkan saya di Pulau Panjang yang indah itu.."
Ketika trekking pulau, kami berjumpa dengan dermaga cantik tempat kami berlama-lama nongkrong dan motret. Seriously, kalo gak karena laper dan kulit mulai gosong, gak pergi-pergi deh dari dermaga itu. Terus dengan noraknya jejeritan, "Ini baru di Pulau Panjang, masih deket banget dari Jepara. Gimana Karimun Jawaaaaaaa.....!!!" *salto 3 kali*
KMP Muria: akhirnya berangkaaaat...
Sehabis subuh kami sudah ready to go! Kali ini langsung naik ke kapal, gak pake tunggu-tungguan *wong udah ngumpul semua*, dengan gegap gempita bersejatakan bambu runcing *eh*, baris masuk kapal dan langsung cari spot buat narok daypack dan carrier. Lalu sepanjang 6 jam pelayaran keliaranlah kami di kapal, motret, cari pojokan nyaman buat gelar matras, sarapan pecel bekal dari Jepara, baca buku dan mabuk laut, hiaaahahaha.. bukan sayaaaaa...
Ki-ka: dini hari dari KMP Muria;
dek atas tempat awak kapal ngupi-ngupi, sedep gak tuh!;
the rainbow we saw from KMP Muria
dek atas tempat awak kapal ngupi-ngupi, sedep gak tuh!;
the rainbow we saw from KMP Muria
Saya keliling-keliling, motret, lalu mulai cari kapling buat menetap. Eka, Soni dan Imeh *yang dua terakhir ini tour leader kami yang bocor abisss, of ExploreSolo* udah ajeg gelar matras di dek bawah. Idar sms saya ngasih tau untuk naik ke dek atas lewat tangga monyet, alias tangga di dinding kapal yang biasa digunakan Anak Buah Kapal (ABK). Dek ini terlarang untuk penumpang. Tapi karena kapalnya juga melanggar aturan kapasitas penumpang, akhirnya banyak juga penumpang yang stay di dek atas. Manjat donk saya lewat tangga monyet itu, dengan ransel mencangklong di punggung. Serasa Tintin! Little did I know inilah awal dari kegemaran saya exploring kapal laut lewat tangga ABK *nyengir lebar ke partner in crime, air five*. Dengan nyamannya saya ngamprak di dek atas, di balik bayangan awning kamar ABK. Berteman botol minum dan sekantung kurma, di dalam ransel andalan yang berfungsi ganda jadi bantal.
Selamat Datang!
Akhirnya buang jangkar setelah 6 jam! Semua kelelahan terbayar ketika memandang indahnya laut dan pulau bahkan mulai dari pelabuhan!
Di homestay AW milik Pak Alim dan Bu Waroh *hence the initial*, kami disambut welcome drink es degan. Aaaah, syedaaaaps!
Photo by Eka |
Ada banyak homestay di Karimun Jawa dan jaraknya semua hanya sepelemparan batu dari pelabuhan dan pantai. Tapi istimewanya homestay AW ini adalah... di halamannya yang luas dan asri, di bawah rerimbunan dahan pohon ketapang, berjejerlah 6 kursi malas yang nyuamaaaan sekaliiii.. Kursi malas biasa kok, tapi entah kenapa ya, kok nyamannya 16 kali lipat kursi malas biasa. Kursi-kursi ini selalu jadi rebutan kami saban pulang melaut. Dan sudah dipastikan kami selalu berhasil menguasainya *ketawa raksasa*.
Sore pertama di Karimun Jawa adalah kencan dengan matahari menjelang ia lesap di laut yang melambai tenang. Perahu nelayan dan semburat langit berwarna-warna tidak lazim. Biru atau oranye? No need to decide. Kami hanya sekumpulan anak kota yang sedang berbahagia dalam pelukan keagungan alam tanah airnya.
Tour Laut Karimun Jawa
Waduh. Gimana mulai nyeritainnya? Belom-belom saya sudah tercekat begini! Sungguh kehilangan kata-kata tiap kali harus menggambarkan indahnya Karimun Jawa. Laut biru bening turquoise, ikan-ikan lucu-lucu menghampiri *sungguh menghampiri!*, terumbu karang warna-warni, pulau sepi berpasir putih...
Map courtesy of AthiefNobita |
Photo by Moehiel |
"Take nothing but pictures,Tour laut di Karimun Jawa biasanya diatur berdasarkan arah pelayaran yang diinginkan, apakah ke arah barat atau timur. Di hari kedua ini kami bergabung dengan grup yang sudah sampai duluan, dan itu berarti pergi ke arah timur dulu, yaitu Pulau Kecil, Pulau Tengah, Gosong Tengah dan Pulau Menjangan Besar where we swam with sharks! Hari ketiga, semua orang sudah pulang, menyisakan 4 orang anggota Muria Reject berotak jenius yang memutuskan untuk exteeeend!! Hari itu kami gabung dengan grup Mas Alex of Rumah Emak Homestay, the diver who also ketinggalan kapal bareng kami, merambah arah barat, yaitu Pulau Menjangan Kecil, Pulau Geleang dan Pantai Tanjung Gelam.
Leave nothing but footprints."
Pulau Kecil, Pulau Tengah, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Geleang, Pantai Tanjung Gelam
Most of the islands boast similar amazing characters. Pasir putih, laut biru jernih, terumbu karang dan ikan warna-warni, bulu babi, bintang laut.. Bulan Juli 2011 itu spot snorkeling paling tenang ada di dekat Pulau Menjangan Kecil, sehingga visibilitynya paling jauh dan warna-warni ikan dan terumbu karang paling nyata terlihat bagai taman bunga. Arus paling kuat ada di Gosong Cemara sehingga praktis tidak bisa disnorkeling-i karena visibility yang sangat pendek dan almost impossible untuk berenang tanpa terbawa arus. Mas Alex yang diver aja sampe harus dilempari tali supaya bisa pegangan dan ditarik ke kapal.
Here where knowledge about weather is everything. When you plan for a trip anywhere, first thing and foremost to consider is the weather. You have to know when the best weather is to explore an area. You can find the information through the net, but the most accurate info is to ask local people. As for sea trip, local boatman or fisherman or someone local with the same capacity of knowledge. Tried and true by me.
Info dari Mas Up dan Mas Sis, semua spot snorkeling di Karimun Jawa mencapai kondisi paling tenang di bulan Oktober hingga November, with November being the calmest. Bukan berarti Juli anda gak bisa berkunjung ke sana, tapi akan ada spot-spot yang arusnya kuat.
Dolphins!!!
Dalam perjalanan ke Pulau Kecil, kami dikejutkan oleh teriakan seseorang, "Lumba-lumba!" There it was. Seekor lumba-lumba dengan wajah tersenyumnya, meliuk indah dalam lompatan lengkung, dengan riang gembira mengikuti kapal kami. Lalu satu lumba-lumba lagi! Lalu satu lagi! Tiga lumba-lumba! We were cheering like crazy! Dan.. gak ada satu pun yang ingat untuk motret! :D. I guess it's always right that the most amazing moment is the one off camera.
Gosong Tengah dan Gosong Cemara
Gosong adalah gundukan pasir di tengah laut yang muncul ke permukaan air ketika laut surut. Gosong Cemara terendam air ketika kami datang, tapi tidak demikian dengan Gosong Tengah. Ombak keras menampar-nampar, cipratannya hingga ke kepala. Ketika saya mengeluarkan DSLR, Idar cuma memandang ngeri sambil hopelessly bilang, "Hati-hati, Ri..." Jawaban saya ngeyel, "I'll risk everything!" The Gosong was too pretty not to be captured! Terlalu indah untuk dibiarkan hanya lewat di ingatan!
Di pulau ini terdapat penangkaran hiu dan penyu untuk kepentingan wisata, semata agar wisatawan bisa berinteraksi dengan mereka di habitat mereka sendiri. Sayangnya penyu-penyu sudah tidak lagi bisa kita temui di sini karena kebanyakan dari mereka stress akibat terlalu sering dihampiri manusia.
Tidak hanya penyu, hiu-hiu pun terlihat stress direnangin manusia, yang berebutan nyamperin mereka untuk sekedar bisa foto. Saya sungguh kasihan melihat mereka menghindar tiap kali kami berusaha mendekat. Mereka pasti sebel banget sama manusia yang selalu mengganggu hidup mereka. Duh, ma'afkan kami.. The sharks were so so shy and so cute. Beruntung saya bisa bertemu mereka waktu snorkeling di Gili Trawangan, Pulau Hatta - kepulauan Banda, dan di pantai Wayag, Raja Ampat - Papua. Nah, itu baru bener. Di laut lepas mereka terlihat berenang tenang, sangat tenang. Begitu anggun, begitu mempesona. You can't go back to eating shark fin afterward nor associate them as beastly animal anymore. Seriously. They're beautiful and graceful creatures you can't help but respect and adore their existence.
Ke Menjangan Kecil, Lagi!
Di hari keempat, saya dan teman-teman memtuskan kembali lagi ke P. Menjangan Kecil. Trekking keliling pulau, sambil motret, sesekali diseling duduk-duduk menikmati surga di sekeliling kami. Tidak ada siapa-siapa di pulau ini selain resort yang terlihat kosong tak berpenghuni. Pulau sepi, tranquil, serasa milik pribadi. Ketika kehausan, Mas Up the boatman akan memanjat pohon kelapa dan memetik beberapa buah. Lalu dengan goloknya membuka kelapa satu persatu untuk kami minum. Daging kelapa kami kerok menggunakan "sendok" dari kulit kelapa. Heaven.
Jadwal yang anomali meninggalkan kami di spot snorkeling tanpa ada rombongan lain. Snorkeling sambil feeding the fish, dirubung ikan-ikan lucu warna-warni dengan siripnya yang berkilat-kilat tertimpa sinar matahari. Kaki eka diikuti ikan seiring dengan gerakannya, soalnya dia gak pake fin :). Laut setenang kolam dan matahari cerah membuat terumbu karang memancarkan warna-warninya yang paling menyolok! Sungguh indah!!! Dua jam snorkeling sampai gosong, baru mentas ketika diteriaki Soni, Idar, Hilal dan Mas Up yang sudah kelaparan setengah mati :D. Kami merapat ke pulau untuk makan siang. Bakar ikan menggunakan sabut kelapa kering yang dikumpulkan Mas Up di sekitar pantai. Sambel buatan Bu Waroh, nasi panas, ikan bakar segar, alam secantik khayalan. Swargaloka.
Saya ingat seseorang berkata, "Pengalaman ini akan tertinggal di memori hingga waktu yang sangat lama." Saya menyahut dalam hati, "Damn right. In my case, probably forever."
Alun-alun dan Cafe Amore
Setiap malam tiba, dua hal senantiasa menanti: alun-alun dan Cafe Amore!
Alun-alun Karimun Jawa adalah lapangan cukup luas, dipenuhi banyak penjual makanan di satu sisinya. Cumi bakar, ikan bakar, pecel, ronde.. Penjual makanan akan memberi anda terpal untuk dihamparkan di atas rerumputan, di mana kami bisa gelimpangan menatap bintang-bintang. So, there we were. Ate and talked and laughed under the dome of the sky full of stars. Stars. A rarity in Jakarta's sky. Jadi tolong maafkan jika saya norak.
We met and said hi to Mas Alex beserta group yang dibawanya, ngeriung sambil gitaran. Diam-diam kami kepingin ikut gitaran bareng :).
Kelar di alun-alun, kalo mata belum riyep-riyep, atau udah riyep-riyep justru :), kami senang jalan kaki ke Cafe Amore untuk ngeteh. Walaupun sih ngeteh di atas kursi malas homestay lebih asoy dari tempat manapun. Cafe ini tepat di pinggir laut dekat pelabuhan *pelabuhan dengan laut yang bening!*, very cozy dan berkarakter *duileh*. Ada ayunan for two menghadap laut. Beuhhh!
Land Touring
Ini juga salah satu blessing in disguise. Karena "terpaksa" extend 2 hari *terpaksa?? :D*, maka sepulangnya dari Menjangan Kecil kami sempat land touring ke hutan bakau, Legon Bajak, melihat kampung Bugis dan menikmati indahnya lekuk liku jalanan Pulau Karimun Jawa di sore hari. Hutan, perbukitan, jalan berkelok di lereng bukit, rumput laut dijemur sepanjang jalan. Pulau yang indah! Walaupun semuanya saya nikmati dari atas motor yang dipacu dalam kecepatan tinggi ngalahin pembalap MotoGP :D. "Nguber waktu sebelum malam!" teriak Mas Up di tengah deru angin. Sayangnya kami gak sempat ke makam Sunan Nyamplungan dan Pantai Barakuda. Berarti harus kembali ke sana lagi *eh*.
Super Nice People
Di Karimun Jawa, rumah tidak perlu dikunci. Kamar homestay tidak perlu dikunci. Laptop dan kamera yang tertinggal di teras seharian, bahkan semalaman, tidak ada yang mengambil. Motor diparkir di pinggir jalan dengan kunci menggantung di kontaknya, esok pagi masih di situ dalam keadaan semula.
"Jangankan hanya itu, mbak. Kalo mbak sampai di sini dalam keadaan kehabisan uang, kami persilakan menginap dan makan di rumah kami, lalu akan kami beri uang untuk ongkos pulang."
Now, tell me you don't fall in love with these people?
Jadi begitulah hari-hari kami di Karimun Jawa. Lima hari empat malam. Bangun pagi, subuhan, siap-siap melaut. Snorkeling, trekking pulau, motret, bakar ikan, minum air kelapa hasil panjatannya Mas Up. Melaut lagi, snorkeling lagi, motret, hingga sore datang. Habis mandi sore, ngeteh di atas kursi malas di bawah pohon ketapang. Mendengarkan suara boat sayup-sayup datang dan pergi. Mengagumi langit yang berubah warna dan sebentar lagi akan dipenuhi bintang. Malam datang lalu jalan kaki ke alun-alun. Ngeriung under the stars, lanjut ngeteh di kursi malas atau di Cafe Amore. Besok melaut lagi. Those, plus our acquaintance with nice local people: Pak Alim dan Bu Waroh pemilik homestay, Mas Sis dan Mas Up our local guide and ship owners, Imeh dan Soni tour leaders berotak lecet yang super ngangenin, dan teman-teman Muria Reject yang bikin mulut saya robek ketawa melulu: Eka, Hilal, Idar, Sandy, Jimmy, Robby, Therez dan Lisa. The people are the heart of everything. And heavenly nature life of Karimun Jawa wouldn't hurt.
Epilog
Ketika kapal menjauhi P. Menjangan Kecil, I literally cried menatap pulau dan laut tempat kami snorkeling yang semakin mengecil di kejauhan. How can I leave this place? How? Berulang-ulang saya menggumamkan pertanyaan itu sepanjang trekking Menjangan Kecil. Ketika terduduk memandang laut biru hijau turquoise seperti bukan di bumi, mengonseni suara debur ombak menyapu jemari kaki, sambil minum air kelapa dari buah kelapa yang baru dibuka. I couldn't say goodbye to those fish, laut setenang kolam, pantai berpasir putih berlaut biru turquoise, bunyi ombak menyapu pantai di pulau yang sepi, angin laut menderu di telinga, menerbangkan ekor kerudung saya.. gosh, even writing this brought me into tears.
Malam terakhir kami habiskan dengan hang out di Cafe Amore bersama beberapa orang dari rombongan yang baru tiba di homestay: 3 orang Indonesia dan 2 orang kebangsaan Swedia dan Jerman. Kembali dari Amore, saya, Eka dan Idar menghabiskan sisa malam di atas kursi malas. Lalu memutuskan bahwa di atas kursi ajaib itulah kami akan tidur malam ini. Suara boat di kejauhan lamat-lamat mampir di telinga. Bintang mengintip dari sela-sela dedaunan di ranting pohon ketapang. We made ourselves comfortable *next time I'll bring my sleeping bag too, Idar.. lucky you!* and set up to sleep on the chairs. We just couldn't let this last night wasted without looking at the stars until we fell asleep on the magic chairs. As we began to close our eyes, the stars above were blinking flirtatiously as if asking that question again, "How can you leave this place?"
I can't.
September 29th, 2011
Finally written on KM Aksar Saputra 03
Kendari to Wangi-Wangi island, Wakatobi, Sulawesi Tenggara
Transportasi
Jakarta - Jepara
Jepara - Karimun Jawa: By KMP Muria atau By Kapal Express Bahari 9
Tiket KMP Muria harus dibeli on the spot, gak bisa pesen-pesen, emangnya terminal Lebak Bulus. Kalo lagi peak season, sebaiknya dateng pagi banget after subuh. Soni dan Imeh bahkan ngantri dari jam 3 pagi, soale mereka beliin buat 25 orang, muhahahaha...
Semarang - Karimun Jawa: by KMC Kartini
Jadwal ketiga kapal ini dan harga tiketnya: KarimunJawa-islands.info
Jepara - Jakarta:
Naik bus dari terminal dekat Pelabuhan Kartini. Tiket Rp 120.000,- bisa dipesan sebelum keberangkatan (titip sama Mas Takim, caretaker of Homestay Kotabaru)
Akomodasi
Homestay di Jepara:
Kalo harus naik KMP Muria gak mau resiko ketinggalan kapal yang jam berangkatnya rebellious banget itu, menginaplah di Jepara. Ada banyak homestay di Jepara, silakan googling. Tapi hati saya udah nyangkut di Homestay Kotabaru. Kamar dan kamar mandinya bersih dan nyaman, airnya segar, mushollanya cihuy. Mas Takim dan Mbak Wulan, suami istri the caretakers of the homestay, sangat baik, jujur dan peduli. Mereka dengan senang hati bantuin book tiket bus pulang dan dititipin cuci baju. Top deh. Kisaran harga kamar 90-110 ribu. Meski begitu, kalo mau numpang mandi aja juga bisa, kalo gak salah bayarnya hanya 20 ribu. Mau tidur ngamprak di ruang tengah atau ruang tamu kayak Idar dan Hilal juga boleh, 25 ribu saja. Sedap kan?
Homestay di Karimun Jawa
Di Karimun Jawa terdapat banyak homestay dan semuanya dekat pantai, just google. Homestay AW a.k.a. Alim-Waroh adalah yang kami tempati. Saya gak yakin harganya masih sama seperti tahun lalu, yaitu 40 ribu/orang/malam, sudah termasuk cold drinks tiap sore sepulang tour laut, air mineral free flow di dispenser, makan pagi dan malam *cumi, ikan!!!*. Satu kamar bisa diisi 4-6 orang, listrik mulai jam 6 sore hingga jam 6 pagi, non AC donk.. Dapur dan kompor bebas dipake. Melayani cuci baju. Kamar mandi bersih, air banyak dan segaaarrr.. Tujuh kursi malas super nyaman di bawah pohon ketapang rindang. Nyamannya ngalahin kursi Premiere XXI! Seriuuusss..
Getting Around
Tour Laut
Sewa kapal: 300 ribu per round all-in. Termasuk guide local, sewa snorkel set, dibakarin ikan, dipetikin kelapa, dikelilingin trekking pulau, cihuy abis lah.
Tour Darat
Sewa motor 50 ribu seharian.
Food
Food was excellenteeee!! Umm.. soalnya saya pecinta ikan dan teman-temannya sih. Jadi tiap hari dimasakin cumi dan ikan sama Bu Waroh dan bakar ikan di pulau ketika tour laut itu buat saya swargaloka banget. Cumi dan ikannya bukan kayak di Jakarta yang kecil-kecil dan udah mati tujuh kali. Tapi gede-gede dan rasanya fresh banget, gak ada amis-amisnya sama sekali. Kalo bosen, tinggal jalan kaki ke alun-alun buat makan pecel, dan cumi bakar dan ikan bakar.. laaahhh??? Katanya bosen?? Hihihi...
Souvenir
Dalam perjalanan dari homestay ke alun-alun pasti akan ngelewati souvenir shop. T-shirt, gantungan kunci, asbak, dll. Saya beli gantungan kunci bentuk sendal jepit bening yang ada kerang di dalamnya. Sampe sekarang saya sayang-sayang itu gantungan kunci, karena selalu ngingetin saya akan tempat ini.
Di Pantai Kartini Jepara juga banyak souvenir shop. Eka malah sempet-sempetnya beli patung titipan temennya, hiahaha.. nyusahiiiiin...
Tour operator:
Dengan semua info di atas dan yang banyak bertebaran di internet saja, anda dengan mudah bisa backpackingan *kalo istilah temen-temen saya, ngebolang* ke Karimun Jawa dengan nyaman. Tapi kalo mau terima beres, gak mau repot segala urusan tiket kapal, sewa kapal, penginapan, rute, itinerary, dan lain-lain, banyak tour operator dengan harga beda-beda goceng. Menggunakan jasa tour operator bukan berarti anda kehilangan sensasi backpacking yang bebas dan adventurous itu loh. Karena banyak dari mereka yang menawarkan paket backpackers. Tidak jarang jasa mereka malah semakin meng-enhance perjalanan backpacking anda.
Saya dan teman-teman kebeneran nyangkutnya bersama team Explore Solo. Buat saya, team ini cihuy sekali. Tour leadernya nyenengin, suasana yang dibangunnya sangat kekeluargaan dan friendly, gak marah itinerarynya kita acak-acak di hari terakhir, muaaahahaha.. Komunikasi ok banget. Ada briefing *ini penting!*, dan ada door prize *ini lebih penting!* :D. Tapi yang terpenting dari itu semua, silaturahmi kami tetap tersambung long after the tour had ended. Eka joined survey trip Explore Solo ke Kiluan di Oktober tahun lalu dan Wakatobi di Februari kemarin. Soni ngebolang bareng saya dan Idar ke Raja Ampat dan Banda Neira di November tahun lalu. We gained new friends, new family. And that's the best gift anyone can have. That's one of the things of what backpacking is all about.
Related links:
Alun-alun Karimun Jawa adalah lapangan cukup luas, dipenuhi banyak penjual makanan di satu sisinya. Cumi bakar, ikan bakar, pecel, ronde.. Penjual makanan akan memberi anda terpal untuk dihamparkan di atas rerumputan, di mana kami bisa gelimpangan menatap bintang-bintang. So, there we were. Ate and talked and laughed under the dome of the sky full of stars. Stars. A rarity in Jakarta's sky. Jadi tolong maafkan jika saya norak.
We met and said hi to Mas Alex beserta group yang dibawanya, ngeriung sambil gitaran. Diam-diam kami kepingin ikut gitaran bareng :).
Kelar di alun-alun, kalo mata belum riyep-riyep, atau udah riyep-riyep justru :), kami senang jalan kaki ke Cafe Amore untuk ngeteh. Walaupun sih ngeteh di atas kursi malas homestay lebih asoy dari tempat manapun. Cafe ini tepat di pinggir laut dekat pelabuhan *pelabuhan dengan laut yang bening!*, very cozy dan berkarakter *duileh*. Ada ayunan for two menghadap laut. Beuhhh!
Land Touring
Ini juga salah satu blessing in disguise. Karena "terpaksa" extend 2 hari *terpaksa?? :D*, maka sepulangnya dari Menjangan Kecil kami sempat land touring ke hutan bakau, Legon Bajak, melihat kampung Bugis dan menikmati indahnya lekuk liku jalanan Pulau Karimun Jawa di sore hari. Hutan, perbukitan, jalan berkelok di lereng bukit, rumput laut dijemur sepanjang jalan. Pulau yang indah! Walaupun semuanya saya nikmati dari atas motor yang dipacu dalam kecepatan tinggi ngalahin pembalap MotoGP :D. "Nguber waktu sebelum malam!" teriak Mas Up di tengah deru angin. Sayangnya kami gak sempat ke makam Sunan Nyamplungan dan Pantai Barakuda. Berarti harus kembali ke sana lagi *eh*.
Super Nice People
Di Karimun Jawa, rumah tidak perlu dikunci. Kamar homestay tidak perlu dikunci. Laptop dan kamera yang tertinggal di teras seharian, bahkan semalaman, tidak ada yang mengambil. Motor diparkir di pinggir jalan dengan kunci menggantung di kontaknya, esok pagi masih di situ dalam keadaan semula.
"Jangankan hanya itu, mbak. Kalo mbak sampai di sini dalam keadaan kehabisan uang, kami persilakan menginap dan makan di rumah kami, lalu akan kami beri uang untuk ongkos pulang."
Now, tell me you don't fall in love with these people?
Jadi begitulah hari-hari kami di Karimun Jawa. Lima hari empat malam. Bangun pagi, subuhan, siap-siap melaut. Snorkeling, trekking pulau, motret, bakar ikan, minum air kelapa hasil panjatannya Mas Up. Melaut lagi, snorkeling lagi, motret, hingga sore datang. Habis mandi sore, ngeteh di atas kursi malas di bawah pohon ketapang. Mendengarkan suara boat sayup-sayup datang dan pergi. Mengagumi langit yang berubah warna dan sebentar lagi akan dipenuhi bintang. Malam datang lalu jalan kaki ke alun-alun. Ngeriung under the stars, lanjut ngeteh di kursi malas atau di Cafe Amore. Besok melaut lagi. Those, plus our acquaintance with nice local people: Pak Alim dan Bu Waroh pemilik homestay, Mas Sis dan Mas Up our local guide and ship owners, Imeh dan Soni tour leaders berotak lecet yang super ngangenin, dan teman-teman Muria Reject yang bikin mulut saya robek ketawa melulu: Eka, Hilal, Idar, Sandy, Jimmy, Robby, Therez dan Lisa. The people are the heart of everything. And heavenly nature life of Karimun Jawa wouldn't hurt.
Epilog
...as we begin to close our eyes, the stars above were blinking flirtatiously as if asking that question again..
Saya percaya tidak ada catatan perjalanan yang benar-benar mampu merekam keindahan sesungguhnya dari sebuah perjalanan, dari sisi manapun. Kosa kata manusia *baca: saya* terlalu miskin. Dari waktu ke waktu, kami hanya mampu melafaz nama Allah berulang kali. Tidak mampu berkata-kata. Humbled by His greatness and compassion toward His creations. Mudah-mudahan dua paragraf berikut bisa mensummarize segalanya. Dua paragraf tentang hari terakhir di Karimun Jawa.Ketika kapal menjauhi P. Menjangan Kecil, I literally cried menatap pulau dan laut tempat kami snorkeling yang semakin mengecil di kejauhan. How can I leave this place? How? Berulang-ulang saya menggumamkan pertanyaan itu sepanjang trekking Menjangan Kecil. Ketika terduduk memandang laut biru hijau turquoise seperti bukan di bumi, mengonseni suara debur ombak menyapu jemari kaki, sambil minum air kelapa dari buah kelapa yang baru dibuka. I couldn't say goodbye to those fish, laut setenang kolam, pantai berpasir putih berlaut biru turquoise, bunyi ombak menyapu pantai di pulau yang sepi, angin laut menderu di telinga, menerbangkan ekor kerudung saya.. gosh, even writing this brought me into tears.
Malam terakhir kami habiskan dengan hang out di Cafe Amore bersama beberapa orang dari rombongan yang baru tiba di homestay: 3 orang Indonesia dan 2 orang kebangsaan Swedia dan Jerman. Kembali dari Amore, saya, Eka dan Idar menghabiskan sisa malam di atas kursi malas. Lalu memutuskan bahwa di atas kursi ajaib itulah kami akan tidur malam ini. Suara boat di kejauhan lamat-lamat mampir di telinga. Bintang mengintip dari sela-sela dedaunan di ranting pohon ketapang. We made ourselves comfortable *next time I'll bring my sleeping bag too, Idar.. lucky you!* and set up to sleep on the chairs. We just couldn't let this last night wasted without looking at the stars until we fell asleep on the magic chairs. As we began to close our eyes, the stars above were blinking flirtatiously as if asking that question again, "How can you leave this place?"
I can't.
September 29th, 2011
Finally written on KM Aksar Saputra 03
Kendari to Wangi-Wangi island, Wakatobi, Sulawesi Tenggara
Transportasi
Jakarta - Jepara
- By bus:
Dari Kampung Rambutan, Lebak Bulus atau Grogol, bus langsung jurusan Jepara. Tiket Rp 120.000,- bisa dipesan sebelum hari keberangkatan. Lama perjalanan 10-12 jam. Bus biasanya berangkat pukul 4 sore.
Turun di alun-alun, lalu naik becak ke Pelabuhan Kartini, Rp 20.000,-
Kalo kelaperan dan mau cari sarapan dulu, bilang aja ke tukang becaknya, minta cariin sarapan yang enak. Saya dan Eka dibawa ke warung gudeg yang enaaaaak dan muraaaaahh..
- By train:
Dari Gambir ke Semarang, sekitar 5,5 jam, lalu sambung dengan bus atau mobil travel ke Jepara, 2 jam.
Jepara - Karimun Jawa: By KMP Muria atau By Kapal Express Bahari 9
Tiket KMP Muria harus dibeli on the spot, gak bisa pesen-pesen, emangnya terminal Lebak Bulus. Kalo lagi peak season, sebaiknya dateng pagi banget after subuh. Soni dan Imeh bahkan ngantri dari jam 3 pagi, soale mereka beliin buat 25 orang, muhahahaha...
Semarang - Karimun Jawa: by KMC Kartini
Jadwal ketiga kapal ini dan harga tiketnya: KarimunJawa-islands.info
Jepara - Jakarta:
Naik bus dari terminal dekat Pelabuhan Kartini. Tiket Rp 120.000,- bisa dipesan sebelum keberangkatan (titip sama Mas Takim, caretaker of Homestay Kotabaru)
Akomodasi
Homestay di Jepara:
Kalo harus naik KMP Muria gak mau resiko ketinggalan kapal yang jam berangkatnya rebellious banget itu, menginaplah di Jepara. Ada banyak homestay di Jepara, silakan googling. Tapi hati saya udah nyangkut di Homestay Kotabaru. Kamar dan kamar mandinya bersih dan nyaman, airnya segar, mushollanya cihuy. Mas Takim dan Mbak Wulan, suami istri the caretakers of the homestay, sangat baik, jujur dan peduli. Mereka dengan senang hati bantuin book tiket bus pulang dan dititipin cuci baju. Top deh. Kisaran harga kamar 90-110 ribu. Meski begitu, kalo mau numpang mandi aja juga bisa, kalo gak salah bayarnya hanya 20 ribu. Mau tidur ngamprak di ruang tengah atau ruang tamu kayak Idar dan Hilal juga boleh, 25 ribu saja. Sedap kan?
Homestay di Karimun Jawa
Di Karimun Jawa terdapat banyak homestay dan semuanya dekat pantai, just google. Homestay AW a.k.a. Alim-Waroh adalah yang kami tempati. Saya gak yakin harganya masih sama seperti tahun lalu, yaitu 40 ribu/orang/malam, sudah termasuk cold drinks tiap sore sepulang tour laut, air mineral free flow di dispenser, makan pagi dan malam *cumi, ikan!!!*. Satu kamar bisa diisi 4-6 orang, listrik mulai jam 6 sore hingga jam 6 pagi, non AC donk.. Dapur dan kompor bebas dipake. Melayani cuci baju. Kamar mandi bersih, air banyak dan segaaarrr.. Tujuh kursi malas super nyaman di bawah pohon ketapang rindang. Nyamannya ngalahin kursi Premiere XXI! Seriuuusss..
Getting Around
Tour Laut
Sewa kapal: 300 ribu per round all-in. Termasuk guide local, sewa snorkel set, dibakarin ikan, dipetikin kelapa, dikelilingin trekking pulau, cihuy abis lah.
Tour Darat
Sewa motor 50 ribu seharian.
Food
Food was excellenteeee!! Umm.. soalnya saya pecinta ikan dan teman-temannya sih. Jadi tiap hari dimasakin cumi dan ikan sama Bu Waroh dan bakar ikan di pulau ketika tour laut itu buat saya swargaloka banget. Cumi dan ikannya bukan kayak di Jakarta yang kecil-kecil dan udah mati tujuh kali. Tapi gede-gede dan rasanya fresh banget, gak ada amis-amisnya sama sekali. Kalo bosen, tinggal jalan kaki ke alun-alun buat makan pecel, dan cumi bakar dan ikan bakar.. laaahhh??? Katanya bosen?? Hihihi...
Souvenir
Dalam perjalanan dari homestay ke alun-alun pasti akan ngelewati souvenir shop. T-shirt, gantungan kunci, asbak, dll. Saya beli gantungan kunci bentuk sendal jepit bening yang ada kerang di dalamnya. Sampe sekarang saya sayang-sayang itu gantungan kunci, karena selalu ngingetin saya akan tempat ini.
Di Pantai Kartini Jepara juga banyak souvenir shop. Eka malah sempet-sempetnya beli patung titipan temennya, hiahaha.. nyusahiiiiin...
Tour operator:
Dengan semua info di atas dan yang banyak bertebaran di internet saja, anda dengan mudah bisa backpackingan *kalo istilah temen-temen saya, ngebolang* ke Karimun Jawa dengan nyaman. Tapi kalo mau terima beres, gak mau repot segala urusan tiket kapal, sewa kapal, penginapan, rute, itinerary, dan lain-lain, banyak tour operator dengan harga beda-beda goceng. Menggunakan jasa tour operator bukan berarti anda kehilangan sensasi backpacking yang bebas dan adventurous itu loh. Karena banyak dari mereka yang menawarkan paket backpackers. Tidak jarang jasa mereka malah semakin meng-enhance perjalanan backpacking anda.
Saya dan teman-teman kebeneran nyangkutnya bersama team Explore Solo. Buat saya, team ini cihuy sekali. Tour leadernya nyenengin, suasana yang dibangunnya sangat kekeluargaan dan friendly, gak marah itinerarynya kita acak-acak di hari terakhir, muaaahahaha.. Komunikasi ok banget. Ada briefing *ini penting!*, dan ada door prize *ini lebih penting!* :D. Tapi yang terpenting dari itu semua, silaturahmi kami tetap tersambung long after the tour had ended. Eka joined survey trip Explore Solo ke Kiluan di Oktober tahun lalu dan Wakatobi di Februari kemarin. Soni ngebolang bareng saya dan Idar ke Raja Ampat dan Banda Neira di November tahun lalu. We gained new friends, new family. And that's the best gift anyone can have. That's one of the things of what backpacking is all about.
Related links:
seruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu.....makasih mbak ri..
ReplyDeleteMbak Riana, keRen banget #takjub
ReplyDeleteKeren sekali ...
ReplyDeletewah kerennn...
ReplyDeleteBu kameranya pake apa? hasil jepretannya bagus2 :D
Canon EOS 450D
Delete@ All: yup, Karimun Jawa memang keren sekali.
ReplyDelete@ Sianly: pake si Rebel tuaku, Sianly. Canon EOS 450D.
Inilah surga dunia... ciptaan sang Maha Pencipta,..
ReplyDeleteinspiratif
Kunjungan blogwalking.
Sukses selalu..
kembali tak lupa mengundang juga rekan blogger
Kumpul di Lounge Event Blogger "Tempat Makan Favorit"
Salam Bahagia
Baru pertama mampir di blog ini. Ngeliat foto-fotonya bikin 'bengong-pengen abis'. Foto paling atas ngingetin foto waktu 'doeloe' pernah ke Lombok dan sekitarnya. Thanks sudah berbagi info ya. Salam kenal.
ReplyDeleteSungguh ajaib..saya baca ceritamu malah nangis tersedu-sedu...ceritanya sungguh menawan, benar-benar membawa kita ke TKP ...the pictures all are great, sungguh indah alam Indonesia dimata kameramu Riana...
ReplyDeleteThanks untuk membagi cerita indahmu...salam..
Hi, boleh minta no telp/HP homestay AW?
ReplyDeleteT.I.A
-Dody
Hi Dody, maap baru sempet bales. Udah dari kapan tauk mau bales, kelupaan terus.
DeleteNo telp Mbak Waroh AW Homestay: 081225105662. Mudah-mudahan gak berubah nomornya. Terakhir ke sana Juli lalu, mbak Waroh lagi ngebangun beberapa kamar lagi yg pake kamar mandi di dalam.
Kalo ketemu, salam dari Riana ya :)
tulisannya keren & informatif, jepretannya oke.
ReplyDeletesalam kenal..
Walillahilhamd.. Salam kenal kembali, terimakasih sudah berkunjung :)
Deletesangat bermanfaat sekali untuk saya yg ingin ke karimun jawa jepara , terimakasih banyak buat admin :thumb up:
ReplyDelete"Wow awesome"
ReplyDeletei knoooow
DeleteAyooooo temen-temen...diVOTE..yaa..trims...salam WiSATA.....!!!!
ReplyDeletehttp://writing-contest.bisnis.com/artikel/read/20150825/405/465577/fakta-fakta-unik-wisata-karimunjawa