Ada sebuah pagi di mana kegiatan pertama setelah minum air jeruk nipis adalah berenang bermain bersama penyu-penyu super besar. Pagi yang langka. Sebuah berkah tak ternilai dari Allah Arrahman. Pagi masih belum pergi ketika saya sudahi sesi bermain, lalu lanjut bekerja mengedit foto dorayaki dan serabi beras. Baru kali inilah pekerjaan kembali terasa menjadi hobi. Barangkali, saya memang harus tinggal di tempat yang indah dan jauh seperti ini supaya ia tetap menjadi hobi. Di tengah laut tidak jauh dari penginapan, ada gusung pasir. Saya memaki diri yang tidak cukup sabar menunggu agak siang, hingga laut mulai surut dan arus menjadi tenang. Dengan demikian saya bisa berenang dengan santai menuju gusung pasir tersebut, bermain sepagian di sana hingga laut benar-benar surut dan gusung benar-benar muncul dari air, lalu pulang dengan berjalan kaki karena air laut tinggal sebetis saja. Matahari super terik hari ini memang membuat saya manja ingin di depan kamar saja menikmati semilir angin
Adzan subuh membangunkan saya dari tidur. Subuhan, lalu tertidur lagi. Terbangun oleh hembusan angin dingin yang masuk dari balik tirai jendela. Memutuskan untuk tidak mandi, saya buka laptop dan mulai menyortir foto-foto Banyuwangi sambil menunggu penyu muncul mengucapkan salam selamat pagi. Hari ini mereka tidak datang ke kamar saya. Mungkin makan rumput di bagian depan. Ketika masih menimbang-nimbang untuk terjun ke laut mencari mereka, saya lihat laut sudah keburu surut. Masih ada sore nanti. Tidur siang yang mewah di atas laut! Lalu sore datang menagih janji. Saya menyusuri jembatan rumah mencari kehadiran teman-teman bermata sayu, namun malah melihat kepala mereka hilang timbul di kejauhan dekat boat di bagian depan penginapan. To the turtles I swam! Sesorean itu bermain-main di bawah air dengan beberapa penyu-penyu besar, ada 2 yang selalu dekat-dekat saya. Di dalam blurnya air laut, saya lihat samar di kejauhan ada banyak lagi gank mereka. Arus laut cukup keras dan menyulitkan