Hajj Series Part 8: Allah Prepares You and Suffices You

We All Are Travellers
We all are travellers. Carrying luggage. Going somewhere.
- Luggage lockers in front of Masjid Al-Haram


“Andai kamu tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hati kamu akan meleleh karena cinta kepadaNya.” - Ibnul Qoyyim Al Jauziyah


Jadwal manasik dari Daarut Tauhid membuat hati saya jumping over the moon. Manasiknya intensif parah. Keberangkatan masih bulan Agustus nanti, jadwal manasik sudah dimulai sejak Februari awal. Dua kali sepekan!

KBIH Daarut Tauhid: Manasik yang Paripurna

Pertemuan saya dengan KBIH Daarut Tauhid bagai hadiah terindah dari Allah di awal tahun. Setiap pekan, mereka menggelar manasik dengan begitu detail. Ketika pertama kali membuka buku panduan, materi pertama dan paling depan, sebelum segala panduan doa dan teknis, adalah rincian semua hadits mengenai pelaksaanan haji Rasulullah s.a.w. Inilah yang saya cari! Buku panduan haji pada umumnya lebih banyak materi teknis and I want to read all the hadits first before jumping into fiqh. I need to know how exactly Rasulullah s.a.w did his hajj and how the shahabah and shahabiyah did theirs together with the Prophet s.a.w. This will put me into the right perspective in facing differences in fiqh later on.

Obviously, this is a spiritual journey that started way before kaki menjejak tanah suci. The very minute manasik dibuka dengan lantunan talbiyah. “Labbaika Allahumma labbaik..!” tears rolling down unstoppably. Yes, our Rabb, yes, we are coming to Your call. We are coming to Your call.

Yang paling saya sukai dari manasik di KBIH DT ini adalah bahwa para ustadz dan ustadzah pembimbing dari pemberi materi sangat gentur dan detail dalam meluruskan hal-hal fundamental: niat yang murni, ilmu yang luas, adab yang terjaga.

Tidak pernah bosan mereka mengingatkan, “Perjalanan ini mahal, menabung bertahun-tahun, menempuh jarak ribuan kilometer, meletihkan badan luar biasa, apakah rela kita rusak dengan hati yang riya’? Hati yang diam-diam sombong? Hati yang masih punya dendam?”

Di rangkaian manasik ini semua hadits, atsar sahabat dan tabi’in, doa-doa dari nabi, sahabat dan para ulama sepanjang masa, digelar tuntas.

Di sinilah saya baru memahami keutamaan mengupayakan pergi haji sedini mungkin. “Wajib jika mampu”, ternyata bukanlah mampu finansial atau fisik. Kenyataannya toh orang yang terbaring sakit saat haji tetap harus digotong ke arafah. Kenyataannya toh banyak orang bisa berhaji meski tak punya kekuatan finansial. Tapi sejak kita baligh, mampu berpikir, mampu memahami bahwa ini adalah rukun agamamu, salah satu tiang penyangga agamamu, maka saat itulah ia menjadi wajib karena setiap dari kita sesungguhnya sudah mampu. Begitu banyak orang tanpa uang yang cukup dan lemah fisiknya bisa berhaji. Betapa banyak orang kaya raya dan kuat fisiknya tidak berhaji hingga akhir hayat. Mampu, bukanlah mampu fisik atau finansial.

Di sini juga saya belajar fiqh haji yang benar, doa dan dzikr mana yang wajib, mana yang sunnah, mana yang dari nabi, mana yang dari sahabat, mana yang dari ulama. Sangat mencerahkan, sangat menenangkan.

Kami juga belajar bahwa obat penahan menstruasi sesungguhnya tidak dibutuhkan ketika haji, karena kita memiliki waktu yang cukup panjang di Mekkah, tidak seperti perjalanan umroh yang sangat singkat. Kita hanya harus menunda pelaksanaan thawaf ifadhah hingga menstruasi selesai, karena thawaf harus dilakukan dalam keadaan suci dari hadats. Yang artinya, selama menunggu, kita masih harus dalam keadaan muhrim dengan semua larangannya. Setelah menstruasi selesai, kita lakukan thawaf ifadhah, tahalul, selesai. Pelaksanaan haji ketika menstruasi dijelaskan dalam hadits tentang Aisyah r.a. yang berhaji saat datang menstruasi.

Betapa ilmu sangat penting!

Menjaga semua adab diterapkan sejak manasik. Meletakkan sandal dan sepatu, mengenakan pakaian, menjaga sikap positif, berperilaku ramah dan sopan, mencintai sesama saudara, membantu yang lebih lemah, berinisiatif, mengutamakan kebaikan.

Setiap akhir materi, kami akan diputarkan video-video rekaman perjalanan haji angkatan-angkatan sebelumnya. Dan yang selalu membuat kami bersemangat adalah melihat pelaksanaan tanazul: jalan kaki dari Mekkah ke Mina, dan dari Arafah ke Muzdalifah. Sangat, sangat seru!

Dan kemudian, manasik kubro! Ini adalah simulasi haji semirip mungkin. Kami berangkat naik bus ke markas DT di Geger Kalong. Dan di sana prosesi haji digelar dengan durasi waktu dan perpindahan fisik yang mendekati aslinya. Kami tidur di barak bertenda yang luas, mandi di kamar mandi umum. Di waktu-waktu jeda antar ibadah, alumni-alumni haji DT angkatan terdahulu duduk melingkar bersama kami. Mereka membagikan pengalaman dan tips-tips praktis yang sangat berharga.

Persiapan haji dari KBIH DT ini sangat menyeluruh. Saya tidak pernah menyengaja membandingkan dengan KBIH lain. Tapi saya sering mendengar teman-teman yang bingung memilih KBIH yang bagus dan “nyunnah”. Ketika saya membandingkan pengalaman saya dengan seorang teman yang memilih KBIH yang “nyunnah” itu, ternyata masih lebih “nyunnah” DT sih 😀.

Yang juga sangat berharga adalah saya jadi tenang dengan segala perdebatan tentang doa dan best practicenya seperti apa. Ilmu, sungguh adalah cahaya!

Administrasi dan Kelengkapan Teknis

Salah satu keuntungan menggunakan KBIH, seluruh urusan administrasi akan ditangani oleh KBIH. Dari mulai dokumen, pemeriksaan kesehatan, vaksin, röntgen, pengambilan koper, bahkan olahraga bersama - semua sudah diaturkan dan kita tinggal duduk manis ikut jadwal. Untuk rontgen, sebuah mobil klinik didatangkan ke DT Jakarta diperuntukkan khusus untuk jamaah Daarut Tauhid.

Keperluan yang Banyak, Allah Cukupi Semua

Ketika masa menunggu, saya tuh udah rencana untuk nabung supaya nanti pas saatnya berangkat, bisa tenang gak perlu jumpalitan kerja lagi. Qadarullah, tabungan yang terkumpul gak gede-gede amat. Lumayan deg-degan dan setengah menyesal kenapa saya gak lebih disiplin nabungnya.

Mulai dari pelunasan ONH, gak habisnya bersyukur bahwa nilaimya belum naik dan tabungan saya cukup. But, that’s it, cuma sisa dikit lagi aja tabungannya. Ketika tau berapa harga yang harus dibayar untuk biaya KBIH DT, oh-ow, mulai bingung. Temen saya kayaknya gemes kepengen saya buru-buru daftar, langsung transferin uang buat bayar KBIH. Tanpa pikir panjang, tanpa ada sedikit pun kekhawatiran, saya he-eh daftar. Yakin, Allah pasti akan lunasi.

Inna wa’dallahi haqq. Dalam hitungan pekan, Allah lunasi. Plus semua biaya persiapan yang dibutuhkan . Jangan bayangin saya ketiban ujan duit. But uang buat beli gamis dan khimar ekstra, sepatu, jahit batik haji, modif tas selempang, dan printilan lainnya, tetiba aja tersedia. Allahu akbar.

Bekal Jihad Berdatangan

Saya gak pernah pengumuman khusus. Tapi bekal jihad berdatangan banyak sekali. Obat-obatan lengkap satu tas besar dari teman pemilik apotek, multi-vitamin kualitas dunia dari sahabat SMP, sepatu thawaf dari sahabat komunitas, uang tunai dari kakak ipar, uang Riyal dan toiletries dari sahabat komunitas, paket Wardah Haji dan Umrah dari teman baik, walimatussafar dari guru tersayang, cookies premium dari rekan fotografer, lauk pauk kering premium dari teman komunitas- semuanya datang bagai hidden provisions dari langit. Allah, Allah, sedetail itu Engkau persiapkan tamuMu, seluas itu pahala engkau hamburkan kepada semua orang yang menginginkan. Kelu saya, sungguh. Terkadang saya dapati diri terduduk di sofa, diam, hanya sanggup mengucap syukur.

Andai Kamu Tahu

“Andai kamu tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hati kamu akan meleleh karena cinta kepadaNya.” - Ibnul Qoyyim Al Jauziyah

Ini adalah perjalanan bercahaya yang dimulai jauh sebelum injakan kaki pertama. Setiap detailnya adalah love letter dari Allah. “Aku menunggumu, hambaKu.”

When we forget, Allah remembers.
When we are lost, He sends the way -
so personally, with extreme precision.

Allahu rabbiy. So little I am grateful.


Next chapter: My Personal Hajj Preparation >>>

<<< Previous chapter: The Big News and the Forgotten Dream

Comments

Popular Posts