Derawan 2013 - Day 4: Pagi yang Langka
Ada sebuah pagi di mana kegiatan pertama setelah minum air jeruk nipis adalah berenang bermain bersama penyu-penyu super besar. Pagi yang langka. Sebuah berkah tak ternilai dari Allah Arrahman.
Pagi masih belum pergi ketika saya sudahi sesi bermain, lalu lanjut bekerja mengedit foto dorayaki dan serabi beras. Baru kali inilah pekerjaan kembali terasa menjadi hobi. Barangkali, saya memang harus tinggal di tempat yang indah dan jauh seperti ini supaya ia tetap menjadi hobi.
Di tengah laut tidak jauh dari penginapan, ada gusung pasir. Saya memaki diri yang tidak cukup sabar menunggu agak siang, hingga laut mulai surut dan arus menjadi tenang. Dengan demikian saya bisa berenang dengan santai menuju gusung pasir tersebut, bermain sepagian di sana hingga laut benar-benar surut dan gusung benar-benar muncul dari air, lalu pulang dengan berjalan kaki karena air laut tinggal sebetis saja. Matahari super terik hari ini memang membuat saya manja ingin di depan kamar saja menikmati semilir angin.
Dua wanita bule kemarin gegoleran di depan kamar menikmati laut dan matahari. Duhai, penginapan ini memang sungguh menyenangkan.
Apakah diri ini ketagihan tidur siang mewah, entahlah. Tapi sortir foto Banyuwangi memang terbengkalai karena napping terasa lebih masuk akal. Rencana yang tidak terlalu diniatkan untuk ke gusung sebelum arus sore mulai kencang hanyalah tinggal ide bohongan saja. Marilah trial and error makan malam lagi.
Dan error lagi.
Sambal goreng kima lima puluh ribu di Ira Rasa. Beberapa hari setelahnya saya diberitahu petugas di pulau Sangalaki bahwa kima adalah hewan yang dilindungi. Lemas rasanya! Oh, maafkan saya.. tidak akan terulang lagi :(
Sekitar jam 9 malam, dua orang tamu laki-laki datang ke dermaga. Mereka ini yang akan berbagi speedboat dengan saya esok hari untuk diving. Alhamdulillah, semoga lancar. Saya ingin bertemu manta, semoga Allah kabulkan, aamiin.
Comments
Post a Comment