Derawan 2013 - Day 1: Penyu-penyu Hijau Bermata Sayu

Cerita Drama Penyelamatan harus di-pause dulu sebentar nih, soalnya saya belum selesai nulisnya. Padahal lagi trending tuh ya, perkara kepulauan Widhi yang dijual-jualin, uhuhu.

Sebagai gantinya, saya post harta terpendam tulisan perjalanan 6 hari di Derawan. Nanti dilanjut lagi cerita ekspedisi Halmahera dan Raja Ampatnya, insyaAllah.

------

Ini adalah sebuah solo travelling di akhir 2013, aliyas jalan sendirian. Usai "ngamen"di Balikpapan, saya memisahkan diri dari rombongan NCC dan cuss ke Berau naik pesawat kecil. 

Here, is the story. Semoga bermanfaat :)

--------

 

Seratus lima puluh ribu rupiah perorang, ongkos mobil dari bandara Kalimarau ke Tanjung Batu. Lebih baik janjian dulu dengan supirnya via guide lokal. Karena kalau belum janjian, mobil yang mangkal di bandara harus menunggu hingga penuh atau dikenakan ongkos charter sekitar 300-500 ribu per orang untuk mengkompensasi mobil yang belum penuh. Kalo gak ada mobil travel yang mangkal, berarti harus ke kota dulu, naik dari situ. 

Perjalanan mulur menjadi 3,5 jam karena mas Akbar, the driver, harus mampir-mampir jemputin penumpang, menunggu, dan iket-iket bagasi di atap mobil. Kalo gak pakai berhenti, perjalanan bisa ditempuh dalam 2,5 jam saja.

Di perjalanan mampir makan di warung Selma. Nasi dan lauk pauk dibandrol sama semuanya, banyak ataupun sedikit 20 ribu sepiring. Saya nyicip makan ketan dengan serundeng bumbu kunyit. Enak. Dua ribu rupiah.


Tiba di Tanjung Batu sudah langsung ditawari oleh para pemilik speedboat, “Derawan? Derawan?”

Ongkos charter langsung berangkat 200-300rb. Ongkos umum 70 ribu/orang. Cari aja temen barengan supaya dapet harga perorangan, biasanya teman seperjalanan di mobil tujuannya juga ke Derawan, jadi gampang deh. 

Tadi saya semobil dengan orang lokal semua. No backpackers nor tourists. Naik speedboat ke Derawan barengan mereka juga: bapak nelayan dan seorang ibu bersama anak perempuannya. Si bapak nelayan membawa kotak-kotak penyimpanan ikan yang sudah kosong. Ia menawari saya untuk tinggal di penginapannya, tapi saya kepingin yang di atas laut, jadi saya tolak dengan halus. Tapi tetap seneeeng deh ditawari kebaikan hati seperti itu. I didn't take it for granted just because there's commercial interest in it.


Di Derawan, rumah penduduk banyak yang merangkap homestay. Banyak warung makan maupun warung kelontong. Ada beberapa tempat penyewaan alat selam dan snorkelling, penyewaan sepeda (20 ribu per jam), dan penjual pulsa. Singkat kata, gak usah khawatir akan kesejahteraan diri. Kalo datang bukan di weekend, gak perlu pusing book dulu. Pasti ada kamar di homestay manapun.

Seperti halnya Bromo, Derawan memang siap menerima tamu. Pariwisata laut sudah menjadi salah satu periuk nasi penduduk lokal. Sehingga harga makanan dan kebutuhan standar pun gak bisa murah-murah amat. But it’s a good thing. Pikirkan bahwa merekalah garda depan penjagaan laut di Derawan agar bisa tetap cantik dan nyaman. Ketika kita pulang, mereka stay di situ mengurus sampah yang kita tinggalkan. So don’t complain. They deserve the good price. 


Di Losmen Danakan, saya pilih kamar fan dengan kamar mandi di dalam yang terletak paling depan. I love this spot. Karena saya bisa tutup pintu yang berhadapan dengan penginapan Reza di sebelah, lalu membuka pintu yang menghadap laut lepas, nangkring deh di teras kamar atau lesehan di dekat pintu kamar yang membuka, bersandar ke tempat tidur, lalu ngeteh, laptop-an, tanpa takut ada sepotong manusia pun yang melihat saya. Bunyi ombak di tiang-tiang rumah, penyu-penyu hijau bermain dan makan rerumputan laut di bawah rumah. Allah Rahman.









Dengan 200 ribu per malam, kamar ini sangat worth the price karena luas dan bisa diisi 3-5 orang. Bednya ada 2, 1 king size dan 1 single bed, kamar mandi di dalam, bersih. Ada lemari baju, disediakan jemuran handuk, kipas angin, tempat sampah, air panas dalam termos, kopi, teh, gula. Cihuy kan? 





Ada kamar yang pake kulkas, ada yang kamar mandinya di luar, ada yang bednya 3 buah single, itu hasil intipan saya. Jadi kalo mau ke sini, di atur aja sama mama Rina, the caretaker. Saya tadi minta tunjukkan semua jenis kamar, kebetulan nyaris kosong semua. Iyalah hari Senin :)

Saya ketemu dengan mas Icuk, dive master yang mengelola dive center di sini. Merencanakan perjalanan diving, snorkelling, tanya harga, ngobrolin spot-spot diving. 



Jadi sesorean tadi saya asik ngegelosor di jembatan rumah, sambil ngobrol dengan Mas Icuk, nontonin penyu-penyu hijau bermata sayu berbadan bongsor berenang dan muncul-muncul ke permukaan air mengambil napas. Listening to their sound, "Hahhhh.." Too cute!



Besok saya mungkin saya mau snorkelling bersama mereka di sekitar rumah, lalu berusaha memotret ketika mereka lagi ngambil napas ke permukaan air. Atau hanya nangkring saja seharian di jembatan rumah dari sunrise ke sunset. Entah menulis, atau hanya memandangi laut yang bening kemilau, entahlah. 

Saya cuma mau istirahat.

Losmen Danakan, 2 Desember 2013 | 22.48 WITeng





Comments