Hajj Series Part 9: My Personal Preparation

Untitled
One street corner of Makkah

Pelajari siroh. Pergilah dengan tekad menapaktilasi perjuangan Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam. Hidupmu tak akan pernah sama lagi.

Di bagian ini saya sharing tentang segala persiapan pribadi yang saya lakukan, terutama aspek ruhiyah, ilmu dan bagaimana ini semua sangat, sangat, berpengaruh pada upaya memaksimalkan kualitas waktu yang kita habiskan di tanah suci. Semoga bermanfaat.

Misconception About the Term “Mampu”

"Jangan nunggu sampe Mekkah baru giat ibadah."

Salah satu pelajaran besar yang saya terima dari manasik di DT adalah kesalahpahaman tentang frase “jika mampu” dalam terjemahan rukun islam. Jadi,..

  1. Undangan haji dari Allah, bukan dari DepAg. Undangan ini berlaku ketika “mampu”. Mampu adalah ketika seseorang memasuki fase baligh. Bukan nunggu mampu nabung.

  2. Persiapan haji dimulai ketika kita mampu, baligh. Bukan sejak keluar nomor porsi.

  3. Persiapan ruhiyah adalah:

    • Niat. 
      Sucikan, murnikan niatmu semata memenuhi panggilan Allah. Tak ada niat sampingan: jalan-jalan, belanja, dsb. Adanya tujuan lain selain untuk Allah merupakan salah satu bentuk syirk.

    • Ilmu.
      Ilmu diperoleh dari kajian, membaca buku, tadabbur Al Qur’an, dll.

    • Perbaikan ibadah.
      Tingkatkan yang biasa-biasa saja, cari bekal taqwa di Ramadan. Jangan nunggu sampe Mekkah baru giat ibadah.
      “Sebaik-baiknya bekal haji adalah taqwa.” 
      (Al Baqarah 197)

    • Membantu orang-orang yang mau berangkat haji (this is a big deal).

  4. Persiapan fisik adalah:

    • Latih fisik dan mental untuk menghadapi perjalanan panjang dan medan yang brutal.

    • Siapkan biaya yang cukup.

  5. The rest is just technical, although as important:
    • Choosing KBIH, prepare things and equipment, collect advice, etc.

Gitu, gaes.

My Personal Preparation and Some Advice

  • Cari bekal taqwamu di bulan Ramadhan

    Ketika Ustadz Luthfi Fathullah rahimahullah memberikan kajian ini di salah satu sessi manasik kami di KBIH DT Jakarta, it was mindblowing. Di sini lah saya belajar apa itu artinya “sebaik-baiknya bekal haji adalah taqwa (Al Baqarah 197)”. Beliau mengaitkannya dengan bulan Ramadhan yang mendahuluinya and I found it very profound. I never knew or even thought that way! Allah mengatakan bahwa bekal terbaik haji adalah taqwa dan puasa di bulan Ramadhan adalah agar engkau bertaqwa. So ustadz mengatakan, ambil bekal taqwa itu di Ramadhan. It so makes sense!

    Maksimalkan semua ibadah di bulan Ramadhan. Anggap kamu sudah ada di tanah suci. Jangan nunggu sampe Mekkah baru giat ibadah, syulit, gaes. Bakalan berat jalaninnya kalau kayak gitu. Waktu 40 hari yang singkat itu harus kamu maksimalkan karena mungkin kamu tidak akan kembali lagi ke sana. 

    Maka pada Ramadhan sebelum berangkat haji, I went all out. Ibadah harian, sholat sunnah complete package, dzikir pagi petang, dzikir keluar masuk rumah, masuk keluar masjid, perjalanan, khatam Qur’an, sholat tarawih 1 juz, menghafal, tadabbur, kajian, sedekah, you name it. I want my best bekal!

    Beliau juga menganjurkan untuk menghafalkan surat As-Sajdah di bulan Ramadhan sebelum berangkat haji. I took this advise and I’m so glad I did, alhamdulillah.

  • Set your goal, it is your syahid

    Ini juga salah satu nasihat dari ustadz Luthfi Fathullah rahimahullah ketika manasik. Buat goal pribadi, jadikan itu sebagai syahidmu kelak. Saksimu di hadapan Allah, di hadapan Rasulullah s.a.w. Beliau memberi contoh, hafalkan satu surat dan satu hadits di tanah suci. Setiap kali surat ini kita baca, kita akan ingat kembali waktu dan tempat ketika kita menghafalkannya. Di hadapan nabi kelak, katakan, yaa Nabi s.a.w, kuhafalkan kata-katamu ini di tanah lahir dan berjuangmu. Nasihat ini sangat membekas di benak saya dan saya jadikan pegangan. Saya tidak berhasil menghafalkan hadits ketika di haramayn, tetapi sebuah surat panjang tentang kasih sayang Allah yang saya hafalkan di tanah suci, selalu membawa saya kembali ke sana tiap kali melafazhkannya.

  • Pentingnya membaca semua referensi doa

    Ketika kita paham mana yang wajib, mana yang sunnah, mana doa dari nabi, mana doa dari sahabat dan ulama, maka tidak ada kebingungan lagi harus bagaimana. Ustadz pembimbing kami dan para alumni menganjurkan untuk memiliki referensi doa sebanyak-banyaknya. Rugi sekali ketika kita sudah di tanah suci dan doa kita tidak maksimal.

    Saya mendapati doa-doa yang disusun oleh para ulama, dan dimasukkan ke dalam buku panduan haji yang dikeluarkan Departemen Agama, sangat efisien dan menggetarkan jiwa. Cakupannya luas, menyeluruh, pilihan katanya indah. Tidak akan pernah terpikir oleh masyarakat awam untuk bisa merangkai doa sekualitas itu. Salah satu doa favorit saya adalah doa yang dibaca di makam Rasulullah s.a.w, Abu Bakr Ashshiddiq dan Umar ibn Khattab. Saya harus baca doa ini, saya mau baca doa ini nanti di makam Rasulullah s.a.w! Saat itu pahamlah saya bahwa doa-doa itu disusun justru untuk memudahkan kita, menolong kita memaksimalkan waktu kita di tanah suci. Kita gak perlu bingung ngarang doa, gak perlu bingung mau doa apa lagi ya, tinggal baca dan dijamin meleleh air mata dan semua keinginan kita tercakup dalam doa-doa tersebut.

    Buku doa yang saya gunakan:

    • Kumpulan doa susunan Abdul Kadir Jawaz
    • Buku panduan doa haji dari DepAg
    • Panduan doa haji dari Darut Tauhid
    • List doa pribadi
  • Pentingnya menghafal dan melatih doa

    Doa-doa yang sudah kita siapkan ini harus kita latih, simulasi dan kalau bisa dihafalkan. Supaya nanti lancar sudah lisan kita, gak geragepan lagi, gak terbata-bata lagi bacanya. Dibaca tiap hari, disimulasi, nanti lama-lama hafal sendiri, paling tidak sudah lancar meski tetap membaca. Dan letak-letaknya di dalam buku sudah kita tandai, karena nanti kita harus gercep, gak repot nyari-nyari dan ngebolak-balik halaman-halaman buku lagi. Simulasikan secara lengkap mulai dari doa meninggalkan tanah air, keluar rumah, doa menuju masjid, doa naik kendaraan, doa masuk masjid, melihat ka’bah, sampai ke ritual haji lengkap. Percayalah, akan sangat memudahkan banget kalau kita sudah latih ini hingga lancar di tanah air.

  • Pentingnya mempelajari siroh

    Seriously, jika kamu ke tanah suci dalam keadaan buta sejarah nabi dan para sahabat, sungguh kerugian sangat besar. Tidak akan sama penghayatan kamu jika kamu memahami sejarah. Berdiri di hadapan Jabal Uhud, di atas bukit pemanah, kamu bisa menangis tersedu-sedu mengingat tholhah yang merelakan dirinya melindungi nabi, melihat makam Hamzah dan para syuhada uhud tidak akan terasa sama, benakmu memutar ulang semua detail perang uhud. Melewati lokasi baiat aqabah, sholat di masjid quba, ke thaif ke lokasi tempat nabi bersembunyi menghindari lemparan batu, melihat lokasi tempat berkumpul pembesar quraisy, segalanya akan terasa menggetarkan jiwa, karena kamu tahu detail sejarahnya. Jangan datang seperti turis yang bersenang-senang. Ini tanah tempat darah nabi s.a.w dan para sahabat tumpah, hanya dalam 23 tahun mereka mengubah dunia. Pantaskah hanya dikonseni sebagai pusat belanja?

    Pelajari siroh. Pergilah dengan tekad menapaktilasi perjuangan nabi shallallahu ‘alayhi wasallam. Hidupmu tak akan pernah sama lagi.

  • Plan your personal du’as

    Rencanakan doa yang akan dibaca nanti di arafah, di qiyamulail, di sholat dhuha, di hijr ismail, di multazam, di raudhah. Buat misi dan goals tertentu yang spesifik dan yang umum. Susun di dalam satu buku jurnal khusus. Buku jurnal ini nanti juga akan menampung semua catatan perjalanan jika kamu senang menulis. Selama di tanah suci, ustadz pembimbing kami sangat sering mengadakan kajian, baik di Masjidil Haram, Nabawi, maupun di maktab. Waktu-waktu kosong senantiasa berisi kajian. Mencatatlah, jangan hanya mendengar. Ada proses ajaib dalam gerakan tangan yang menuliskan ilmu. Dan catatan ini kelak akan menjadi saksimu.

    Buku jurnal ini akan menjadi sumber referensi doa pribadi yang akan sangat memudahkan. Masukkan juga doa-doa dari buku atau sumber lain yang belum tercakup di dalam buku yang kita bawa, jika ada. Bisa difotokopi dan ditempel. Hindari mengandalkan hp, pindahkanlah ke buku. Terlalu banyak distraksi dan gangguan di hp, minimalkan koneksi anda dengan hp dan nikmati indahnya bersendiri dengan Allah hanya dengan kertas atau buku doa di tangan. Gunakan hp hanya untuk berkomunikasi dan dokumentasi foto saja.

  • Record your journey

    Write, capture, journal, scrapbook, memory keeper, mini museum, make your monument!

    Abadikan perjalanan yang bercahaya ini dalam monumen yang unik. Jangan hanya selfie dan selfie. Menulis, memotret hal-hal yang jarang tertangkap mata manusia, menjurnal, mengumpulkan tanda mata, menyusun scrapbook. Monumen ini akan menjadi memory keeper yang sangat berharga. Dan sebaik-baiknya memory adalah yang mengingatkan kita akan Allah.

  • Membaca buku

    Saya membawa setumpuk buku untuk dibaca selama di tanah suci dan bertekad menyelesaikannya semua. Seperti halnya hafalan, membaca buku akan mengingatkan kita pada waktu dan tempat di mana kita menamatkannya. Betapa banyak buku kita beli, berapa yang sudah kita baca? Many people buy books, only few read. Setelah buku-buku itu selesai saya baca, saya meninggalkannya semua di maktab untuk diambil dan dibagikan kepada orang-orang Indonesia pengurus masjidil haram dan masjid nabawi.

  • Rencanakan untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah sebanyak mungkin.

    Termasuk gua Hira. Naiklah dan hayati bagaimana Khadijah r.a. mendakinya tiap hari untuk mengantarkan makanan nabi. Rasakan kegundahan nabi memandangi kota mekkah dari ketinggian dan bersusah hati memikirkan masyarakatnya yang semakin jauh dari tauhid. Jabal Tsur (meski hanya dari kejauhan), lihatlah betapa tinggi dan berbatu! Nabi dan abu bakar bersembunyi di sana dan abu bakr merelakan dirinya digigit hewan beracun. Pikirkan bagaimana asma binti abu bakr mendakinya tiap hari untuk mengantar makanan, dalam keadaan hamil! Jangan pedulikan jika ada yang mencoba mematikan semangatmu mendaki gua hiro. Jika kita bisa bersemangat naik ke bromo atau mendaki gunung, seharusnya melihat gua hiro jauh lebih semangat lagi.

  • Jangan lupa kunjungi Stasiun Hijaaz di Madinah

    Sebuah Stasiun Kereta nan indah dan artistik peninggalan kekhalifahan Turki Utsmany yang dulu melayani jalur makkah-madinah. Stasiun itu kini dijadikan museum yang menyimpan jejak kejayaan kekhalifahan Turki Utsmany. Ada replika busur panah Saad bin Abi Waqash, ada dokumentasi foto-foto pembangunan infrastruktur jaman Turki Utsmany yang mencengangkan.

  • Jadikan Masjid Al-Haram dan An-Nabawi rumah keduamu

    Akrabi tiap sudutnya, jelajahi tiap lantainya. Hafalkan tiap lekuknya. Kuasai tiap relungnya. Jangan jadi orang asing di sini. Kamu harus senyaman di rumah sendiri.

    Jangan banyak takut ini dan itu. Kalau niat kita semata karena Allah, Allah akan jaga kita. Tidak perlu takut pulang pergi ke masjid haram sendirian. Tidak seperti yang banyak diceritakan orang, pintu-pintunya mudah dihafalkan, peta masjid tersedia di banyak tempat, banyak orang yang bisa ditanya, ada hp untuk menelpon, ketakutanmu tidak beralasan. Above all, ini adalah rumah Allah dan rumah kita, rumahnya orang islam seluruh dunia. Ini adalah tempat di mana kita merasa pulang. We belong here.

    • Apps map Masjid Al-Haram with tracker (bluetooth): Al-Maqsad

      Aplikasi ini keren banget. Gak perlu internet, cukup nyalakan bluetooth. Ada trackernya, sehingga pergerakan kita bisa terlihat seperti di Google Map. Sangat menolong saya di hari-hari awal di Masjid Al-Haram. Jadi pede banget menjelajah kemana-mana sendirian, gak takut nyasar, biidznillah. Setelah mulai hafal, saya gunakan peta masjid yang tersedia di counter-counter informasi. Lama-lama gak pakai apa-apa lagi, serasa di kampung sendiri. Allah Kariim.

    •  Tips: luangkan waktu mempelajari peta Masjid Al-Haram. Kenali masjid ini sampai seperti rumah sendiri. Cari tempat favoritmu, own it like the back of your hands.

  • Ikuti halaqah tahsin di Masjid Nabawi

    Tiap pagi dan sore di Masjid Nabawi bertebaranlah halaqah-halaqah tahsin oleh guru-guru native. Basically, kita bisa langsung bergabung dengan halaqah yang mana pun. Ada juga halaqah yang didedikasikan khusus untuk pengunjung luar negeri.

    Buat saya, bisa ikut halaqah di Masjid Nabawi sungguh kesempatan yang mahal! Di masjid tempat Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam duduk melingkar mentarbiyah para sahabat radhiyallahu ‘anhum! Tidak ada sore dan pagi yang terlewat tanpa menyempatkan ikut duduk melingkar.

    Yaa, Nabi.. shallallahu ‘alayhi wasallam, I’m sitting here in your masjid, menuntut ilmu. Seperti  para sahabat radhiyallahu ‘anhum dulu menuntut ilmu darimu, melingkar mengkaji Qur’an yang mulia.

    Dan saya pun lulus tahsin surat An-Naas, alhamdulillah, senangnyaaaa!

  • Enjoy, have tawakkal, have syukr, it’s only you and Allah

    Nikmati pulang kampungmu. Nikmati pulang ke Rabbmu. Bersyukurlah akhirnya Allah pulangkan kamu ke sini. Welcome home.



 Next Chapter: Berangkat! >>>

<<< Previous Chapter: Allah Prepares You

Comments

Popular Posts